10. Makan Malam

254 33 6
                                    

Sebelum baca jangan lupa kasih vote dulu ya man-teman!

Happy reading!

🍒🍒🍒

Dua bulan setelah resmi menjadi suami istri, untuk pertama kalinya Dirga mengajak Dinda mengunjungi rumah orang tuanya guna memenuhi undangan makan malam dari Papa.

"Papa senang sekali kamu sudah menikah, Ga!" ucap Papa sumringah menatap Dirga yang tengah asyik menikmati makan malam di depannya. "Semoga pernikahan kalian langeng sampai kakek nenek," lanjut pria paruh baya itu terdengar bijak.

"Terima kasih, Pa. Terimakasih sudah merestui pernikahanku dan Dinda," sahut Dirga tersenyum sambil menggenggam tangan sang istri dan menatapnya lembut layaknya pria yang sedang jatuh cinta.

"Kalian sangat cocok," puji Papa lagi.

"Itu artinya kami memang jodoh," jawab Dirga masih memamerkan bentangan senyum yang Dinda tau hanya sebatas sandiwara belaka.

Sebagai partner akting yang baik, Dinda tak mau ketinggalan memamerkan senyum malu-malu dengan rona merah di pipi yang si*lnya benar-benar tercipta alami dari gelenyar hangat akibat sentuhan tangan Dirga yang lembut di telapak tangannya.

Wahai jantung! Please jangan norak!

"Oya, Ga! Daffa katanya minta maaf karena tidak bisa ikut hadir malam ini," ucap Papa sebelum makan malam mereka berakhir.

"Sibuk banget dia? Sampai adiknya datang ke rumah dia malah tidak hadir," tanya Dirga berdecak. "Dia belum kasih Aga hadiah pernikahan kalau Papa mau tau," imbuhnya dengan nada merajuk karena sang Kakak lupa menghadiahkan kado untuknya.

Papa tertawa dan menepuk pundak Dirga geli, "Nanti kamu telpon saja langsung si Dafa. Soalnya dia bilang lagi sibuk mempersiapkan pernikahannya dengan Ralin."

Dinda yakin menangkap dengan jelas raut wajah Dirga berubah kala mendengar nama seorang wanita yang Papa sebutkan barusan.

"Oh gitu? Rencananya kapan, Pa?" tanya Dirga berusaha terlihat antusias.

"Kalau tak ada aral melintang katanya awal tahun depan," jawab Papa dengan binar bahagia.

Dirga kemudian mengangguk dan tak ketinggalan mendo'akan semoga persiapan pernikahan sang kakak yang tinggal beberapa bulan berjalan lancar.

Makan malam itu terasa sangat menyenangkan bagi Dinda karena Papa sangat bisa membawa suasana menjadi lebih cair.

Malam sudah larut kala Dinda dan Dirga berpamitan untuk pulang namun dengan nada memohon Bunda meminta mereka untuk menginap. Berbagai alasan Dirga kemukakan namun tak jua membuat Bunda berhenti merengek.

"Sudahlah, Ga! Ikuti saja apa mau Bundamu yang mungkin masih rindu sama kalian. Lagi pula kamar kamu kan di atas. Tidak akan berisik kalau kalian melakukan hal yang iya-iya."

Dinda dan Dirga mendadak kesusahan menelan ludah mendengar candaan Papa yang sebenarnya sangat biasa bagi pasangan yang sudah menikah. Namun tidak bagi pasangan yang menjalani pernikahan tak biasa seperti mereka berdua.

Bunda bersorak ketika akhirnya anak dan menantunya itu mengangguk memenuhi permintaannya.

"Kamu tidak kepanasan tidur memakai kerudung, Din?" Suara Dirga terdengar saat Dinda tengah asyik menikmati indahnya malam lewat balkon kamar milik sang suami. Pria itu agak sedikit heran karena Dinda tak jua melepas kain penutup kepala yang dipakainya bahkan saat hendak tidur.

Married By AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang