16. Tumbang

272 30 6
                                    

Biasakan memberi vote sebelum membaca.

Happy reading!

🍒🍒🍒

Suasana hati yang buruk pada akhirnya membuat Dirga memforsir habis tenaganya untuk menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk. Beruntung walau mood-nya tengah berantakan ia dapat tetap fokus menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Sayangnya tenaga yang ia forsir habis-habisan membuatnya abai pada kesehatan tubuh dan akhirnya berujung dengan kepala yang pusing serta badannya yang terasa panas dingin sejak siang tadi.

Sejak pulang kerja pukul tujuh malam, pria berlesung pipi itu tak menampakkan batang hidungnya sama sekali dan itu sebenarnya membuat Dinda sangat bersyukur, karena ia tak perlu bertemu muka dengan suaminya tersebut.

Sayangnya, pukul setengah dua belas malam saat Dinda sudah terlelap ia dikejutkan dengan suara bell di depan yang berbunyi. Alis gadis itu bertaut saat melihat penampakan seorang ojol di depan rumah selarut ini.

"Cari siapa ya, Mas?" tanya Dinda hati-hati.

"Ngantar pesanan atas nama Bapak Dirgantara, Mbak," sahut Bapak ojol ramah.

Heh? Mata Dinda menyipit melihat kantong obat dari salah satu apotik terkenal di dekat rumahnya.

Setelah menerima pesanan tersebut, Dinda melangkah menuju kamar yang Dirga tempati.

"Pak Dirga...." Dinda mengetuk pelan kamar yang tampak sunyi itu. Hingga sepuluh menit ia menunggu tak jua kunjung mendapat jawaban.

Setelah perang batin beberapa saat, Dinda memutuskan untuk membuka pintu kamar Dirga walau ia tau jika suaminya akan marah besar padanya besok.

"Pak..."

Bersyukur lampu tidur yang temaram membantu Dinda menemukan keberadaan Dirga yang bergelung dengan selimut tebal di atas kasur

"Pak Dirga..." Dinda kembali membangunkan Dirga dengan menggoyangkan kedua bahunya. Gadis itu mengernyit kala netranya mendapati wajah Dirga yang berkeringat.

Tangan lembut Dinda perlahan menyentuh dahi Dirga yang nampak masih terlelap, "Astaghfirullah....badannya panas," lirihnya nampak cemas.

"Pak!" Dinda kembali memanggil nama Dirga.

"Pak Dirga! Bapak bisa dengar saya?" panggilnya lagi untuk kesekian kali.

Gadis itu menghembuskan nafas lega ketika perlahan Dirga membuka matanya walau terlihat sangat lemah.

"Oh, Dinda. Ada apa?" tanyanya perlahan  bangkit.

"Tadi ada ojol yang nganterin obat ke sini," ucap Dinda menyodorkan kantong plastik berisi obat yang masih ada di tangannya.

"Oh iya, saya ketiduran setelah memesan obat." Dirga menerima obat tersebut lalu meletakkannya di atas nakas. "Terimakasih."

"Bapak lagi sa...?"

Dinda tak sempat menuntaskan kalimatnya ketika tiba-tiba saja Dirga berlari cepat ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya di sana.

Selang beberapa menit Dinda semakin khawatir melihat wajah Dirga yang bertambah pucat setelah keluar dari kamar mandi.

"Bapak masuk angin?" tanya Dinda memastikan.

Married By AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang