17. Maaf

398 38 8
                                        

Biasakan memberi vote sebelum membaca!

Happy reading!

🍒🍒🍒

Dirga tak bisa menyembunyikan senyum kala bangun tidur indra penciumannya dimanjakan dengan aroma bubur khas Banjar Kalimantan Selatan yang tampaknya sedang Dinda buat untuknya di dapur. Ia benar-benar bersyukur sakit tadi malam yang dikiranya akan memperburuk keadaan ternyata berperan penting mencairkan kebekuan yang sempat tercipta di antara dia dan Dinda selama beberapa hari belakangan ini.

Walau menyebalkan, Dinda ternyata bukan gadis pendendam. Ia dengan tulus merawat Dirga yang tadi malam demam dan muntah-muntah karena masuk angin. Walau beberapa hari sebelumnya mereka terlibat adu mulut yang membuat suasana hati satu sama lain kian memanas.

Suara ketukan di pintu kamar mengalihkan atensi Dirga dari ponsel yang ia pegang. Setelah solat subuh ia memang memutuskan untuk kembali berbaring di atas kasur memulihkan tenaga.

"Masuk!" jawab Dirga yang entah kenapa tiba-tiba merasa dadanya berdebar.

Norak lo, Ga!

"Sarapan yang mulia minta sudah siap di atas meja makan." Senyum manis Dinda adalah pemandangan pertama saat pintu terbuka.

Yang mulia? Kenapa panggilan itu kini terdengar sangat menggemaskan?

Tak ingin membuang waktu, Dirga segera beranjak dari tempat tidur dan menyeret langkahnya ke ruang makan. Di atas meja sudah terhidang semangkuk bubur ayam yang masih mengepulkan asap serta segelas teh hangat dengan aroma khas melati.

"Looks delicious..." Binar di mata Dirga sangat nampak kala melihat tampilan bubur ayam yang Dinda sajikan. Terdapat suwiran daging ayam dan irisan telur rebus sebagai toping serta irisan daun seledri dan daun bawang yang membuat air liur Dirga hampir menetes.

"Ini untuk apa?" Dirga menunjuk piring kecil yang di dalamnya terdapat sambal dan jeruk nipis.

"Biasanya kalau di Banjarmasin, makan bubur ayam lebih nikmat jika ditambah sambal dan kucuran air jeruk nipis."

"Oh gitu?"

"Opsional aja, Pak," sahut Dinda.

Dirga manggut-manggut lalu mulai menyendok bubur ayam tersebut setelah membaca do'a.

"Aww... panasss!!" Dirga dengan cepat menjauhkan sesendok penuh bubur ayam yang sebagian sudah masuk ke mulutnya.

"Pelan-pelan, Pak!" Dinda yang ada di depan Dirga sontak mengambil alih sendok yang suaminya pegang kemudian meniup perlahan bubur yang kentara masih mengepulkan asap.

Dirga terpaku di tempat melihat pemandangan di depannya saat ini.

Si*l!

Pria itu mengumpati dirinya sendiri di dalam hati karena tiba-tiba saja hormon lelakinya muncul saat melihat bibir merah Dinda yang sedang sibuk meniup-niup bubur ayam miliknya penuh perasaan.

Ya Allah! Cobaan apa lagi kali ini?
Kenapa hanya dengan melihat bibir merah si gadis bar-bar bisa semendebarkan ini?

Married By AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang