20. Debar

334 30 13
                                    

Biasakan memberi vote sebelum membaca!

Happy Reading!

🌹🌹🌹

Dirgantara Mumtaza! Pria tiga puluh tahun itu kini hanya bisa pasrah ketika debaran yang sebelum ini mati-matian disangkalnya kembali menyerang kala mengingat senyum manis Dinda yang terpatri di pikirannya. Demi apapun jua, pria itu tidak pernah menyangka jika hatinya yang sempat membeku kini perlahan mencair hanya karena kehadiran seorang gadis biasa yang sama sekali jauh dari kreteria wanita idamannya.

Apa yang dikatakan Zayyan ternyata ada benarnya. Sikap Dinda menjadi berubah manis dan penurut sejak Dirga tak lagi bersikap ketus padanya. Setiap pagi dan malam lidahnya dimanjakan oleh masakan Dinda yang ternyata memang enak jika dinikmati tanpa adanya perdebatan unfaedah seperti yang pernah terjadi di awal-awal pernikahan mereka.

Rasanya pernikahan mereka yang hampir berjalan empat bulan ini terasa lebih damai dan membuat Dirga merasa seakan bener-benar menjalani pernikahan yang sebenarnya.

Satu hari yang mereka habiskan bersama beberapa waktu yang lalu seakan memberi pemahaman baru pada pria tersebut jika gadis yang dinikahinya itu adalah pribadi yang hangat dan peduli terhadap orang lain. Jangan lupakan cara pandang gadis tersebut tentang arti perjuangan hidup yang menjadi salah satu sebab berubahnya pandangan Dirga kepadanya.

Semakin lama Dirga semakin ingin mengenal sosok itu lebih jauh lagi. Maka dengan pertimbangan yang sedikit banyak dilandasi dengan debaran akibat virus merah jambu yang menyerang hati dan pikirannya, sejak saat itu ia berusaha menjalin hubungan baik dengan Dinda sebagai teman.

Menikah tanpa dasar cinta dan memiliki pekerjaan yang berbeda membuat intensitas pertemuan mereka tak sebanyak pasangan suami istri pada umumnya. Maka kesempatan untuk membangun hubungan baik dengan Dinda hanya di dapatnya saat makan malam atau sarapan pagi seperti saat ini.

"Morning!" Sapa Dirga saat melihat Dinda keluar kamar dengan wajah bantalnya yang menggemaskan alih-alih membuatnya ilfeel.

"Maaf, Pak! Saya bangun terlambat," ucap Dinda diikuti dengan raut wajah merasa sangat bersalah melihat Dirga sibuk di depan kompor.

"Kamu sakit?" Dahi Dirga mengernyit kala menatap Dinda yang nampak pucat. "Duduk dulu." Pria tampan itu menarik kursi agar gadis si muka bantal bisa dengan mudah mengambil tempat duduk.

"Lagi PMS hari pertama," jawab Dinda jujur. Rasa sakit itu benar-benar menyiksanya sejak tadi malam hingga ia sulit untuk memejamkan mata dan berakhir dengan bangun terlambat.

Sebenarnya ia masih ingin bergelung dengan selimut tebal di pagi yang dingin ini. Namun serangan panik yang mendera kala mengingat wajah sinis Dirga ditambah dengan omelan panjang yang mungkin saja akan didapatnya saat tau sarapan belum tersedia di atas meja sukses membuat Dinda terbangun dan pontang panting keluar kamar setelah dengan cepat menggosok gigi dan mencuci mukanya.

Anehnya, ketakutan berlebih terhadap omelan ala Rapper milik Dirga tak terbukti saat ia keluar kamar dan mendapati sosok itu tengah tersenyum sambil mengucapkan selamat pagi padanya. Perlakuan manis Dirga yang menarik kursi lalu mempersilahkannya untuk duduk di sana sembari menunggu sarapan yang sedang ia siapkan di atas kompor juga tak lepas dari perhatiannya.

"Selamat makan!" Dinda bahkan melongo kala Dirga meletakkan piring berisi nasi goreng lengkap dengan telor mata sapi, selada segar dan irisan timun sebagai toping-nya.

"Gimana masakan saya menurut kamu?" tanya Dirga yang kali ini lebih tampak seperti seorang peserta masterchef yang sedang menunggu penilaian dari juri.

Married By AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang