8. Koukopedia

30 4 1
                                    


Siang itu, Niko bangun dari tidurnya di perpustakaan,  lalu menguap seraya meregangkan tubuhnya. Dia melihat Jovian dan Olivia sedang duduk di sebuah meja pengunjung, dari yang dia saksikan, keduanya sedang membahas soal buku ramalan.

"Jovi! Oliv!" Sapa Niko pada keduanya. "Kalian sedang apa?"

Jovian berbalik. "Ada ramalan, mau lihat?"

"Mungkin." Niko berdiri lalu mendekat ke arahnya. "Ramalan buruk?"

"Entahlah, kami tidak tau cara mengkategorikanya, hehe.."

"Huh.. baiklah." Niko membuka buku ramalannya lalu membaca kata yang sudah tertulis di sana. "16 Juni, gudang olahraga."

"Hal cabul lagi?" Tanya Olivia dengan wajah cemberut.

Niko menggelengkan kepalanya lalu duduk bersama mereka. "Tidak mungkin."

"Mungkin saja." Sela Jovian. "Aku pernah mendengar suara kecupan dari dalam gudang."

"Sepertinya kau tau banyak soal ini!" Beber Oliv.

Jovian tersenyum cabul ke arah Olivia yang membuat gadis berambut abu-abu keungu-unguan itu merasa terusik dan memukul bahunya dengan cepat. Tiba-tiba saja, mereka bertiga dihampiri Kouko yang baru bangun dari tidurnya.

Baik Jovian maupun Olivia meneguk ludahnya masing-masing. Kouko yang sedang mengantuk memang sangat ramah, tapi kali ini dia sudah mendapatkan 100% kesadarannya, dan bisa saja dia kembali mengusir keduanya.

"Niko.." Kouko mengelus perutnya yang membuat Olivia kembali berprasangka buruk.

"Ni-Ni-Niko! A-Apa yang dia lakukan!"

"A-Aku tidak tau!" Niko meneguk ludahnya dengan panik. "Kouko!"

Olivia mengerjapkan matanya. "Ya-Yah.. aku rasa ada sesuatu di perutnya,"

"Hee.. apa ada yang menendang di sana?" Sosor Jovian sembari mendekati Kouko. "Aku pikir, ini anak kembar."

"Niko!" Bentak Olivia dengan pipi memerah. "Jelaskan! Apa ini perbuatanmu!"

"Aku tidak tau! Aku juga bingung kenapa dia memegangi perutnya!" Niko melirik Kouko. "Kouko! Jelaskan, jangan diam saja!"

Kouko meliriknya. "Niko, aku lapar."

Ketiganya menatap Kouko dengan pandangan kosong. Sepertinya gadis pirang itu sudah banyak membuat ketiganya berprasangka buruk, sifat dingin serta perawakannya yang kaku jelas sulit untuk ditebak.

"Kouko! Langsung bicara lain kali!" Niko menurunkan alisnya. "Kau membuat mereka salah paham!"

"Maaf Niko, aku janji tidak akan mengulanginya lagi."

Niko menghela nafas berat. "Huh.. kau lapar?"

"Uhm.." Kouko mengangguk. "Aku tidak bawa bekal."

"Anu.. Jovi, apa kantin masih buka jam segini?"

Jovian mendengak ke atas. "Mungkin, tapi menunya tidak sebanyak jam istirahat."

"Tidak masalah." Balas Kouko dengan sigap.

"Baiklah," Olivia berdiri lalu tersenyum ke arah Kouko. "Mau bareng? Aku juga mau ke kantin."

"Curang! Lari dari tugas!" Pekik Jovian sembari menunjuk tajam ke arah Olivia. "Sebaiknya ikut dengan kami, bando merah!"

Olivia menjulurkan lidahnya lalu berjalan ke sebelah Kouko. Dia lantas menggandeng tangannya, membawanya keluar dari perpustakaan menuju kantin terdekat. Hal itu membuat Jovian dan Niko heran, mereka saling pandang satu sama lain sebelum ponsel Jovian berdering.

Mirai [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang