Three; Eyes

1.3K 160 16
                                    

㊐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1,5k • Sean POV

Once again, selamat ulang tahun, Xiao Zhan Ge, thank u for being born!

Sean sudah sering bertemu dengan orang-orang seperti Yibo dalam suasana marahnya, bahkan beberapa dokter seniornya banyak yang lebih kejam dari pria itu. Tetapi, ketika yang ada dalam pandangannya adalah seorang Wang Yibo, Sean mendadak ciut dan merasa tidak ada apa-apanya.

Dia tidak begitu mengenal Yibo secara langsung, yang Sean tahu hanya Yibo lewat desas-desus di sekeliling. Keluarga Wang begitu berpengaruh, semua orang tahu akan kenyataan itu, sebagian kecil lainnya tidak tahu sebab bukan kalangan atas, sedangkan satu persennya lagi adalah orang-orang yang tidak ingin tahu seperti Sean.

Keluarga Xiao sudah lama menjadi dokter pribadi keluarga Wang, tapi Sean tidak tahu banyak sebab ia menghabiskan banyak waktu di Australia. Ibu beberapa kali menyinggung keluarga Wang, termasuk Wang Yibo, salah satu anggota muda yang memiliki julukan ‘Salju Abadi’ serupa Everest.

Kata orang-orang, Yibo sedingin puncak gunung itu, dia juga berwibawa tinggi melebih Everest. Fakta pertama Sean buktikan ketika pertama menyapa Yibo di parkiran. Pria itu tidak banyak berbicara untuk orang asing, parahnya lagi lebih menutup diri. Sementara satu sisanya, Sean lihat ketika Yibo bekerja di dapur.

Pikirnya, Yibo memiliki dua kepribadian, seperti Yin dan Yang juga elemen air dan api yang tidak akan pernah bisa menyatu.

“Maaf membuatmu lama menunggu.”

Sean dikagetkan atas suara bariton itu. Dia mencari sumber suara dan mendapati Yibo berdiri di tengah pintu dengan handuk yang menggantung di leher. Beberapa waktu lalu, pria itu masih dibalut oleh seragam putih kebanggaannya dengan topi tinggi yang menjulang, terkesan perkasa dan elegan dalam satu waktu, pantas banyak orang yang merauh rasa pada Yibo. Bahkan ketika dia berdiri dengan rambut acak-acakan yang basah, Sean masih bisa melihat di mana letak wibawa Yibo.

Dia pintar menghargai orang lain sebagaimana dia ingin diperlakukan.

“Aku terbiasa mandi di sini sebelum pulang,” Yibo berkelakar, berjalan mendekat sambil mengusak rambut basahnya. “Tidak enak jika harus pulang dengan segala keringat di dapur.” Jujurnya lagi.

Sekalipun wajahnya sedingin salju, Sean yakin bahwa hati Yibo sehangat musim semi.

Dia mengangguk, membalas ketulusan kalimat Yibo dengan senyum. “Saya tidak merasa menunggu.”

Sean memperhatikan setelahnya, mengikuti setiap pergerakan Yibo dengan ekor matanya. Dia baru menolehkan kepala ketika Yibo membalas tatapan melalui cermin di pintu lemari. Merasa tertangkap basah membuat semu merah ceri timbul pada pipi Sean. Parahnya lagi hanya mereka berdua yang ada di ruang istirahat, Sean mungkin akan gila jika harus diam di sini lebih lama.

[✓] The Eyes ㊐ YizhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang