18; Eyes

787 106 15
                                    

㊐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading!
Feel free to ask for the typo(s)

Detik di mana Sean menyetujui kalimat Yibo untuk mengunjungi profesional, pria Wang itu segera menghubungi psikolog restoran. Meminta waktunya secara penuh untuk membantu Sean selesai dengan permasalahannya yang membuat hati Yibo sakit. Dia berharap banyak pada partner kerjanya itu juga Sean. Yibo tidak ingin membuat hubungan mereka menjadi sebuah benalu. Untungnya Sean juga tidak menolak, pria itu justru berterima kasih kepada Yibo sebab memberikan fasilitas secara cuma-cuma.

“Itu fasilitias restoran keluarga Wang, biar aku yang mengurus pembayarannya.” Kata Yibo tadi siang. Dia dengan senang hati jika itu demi kebaikan mereka berdua.

Yibo sekarang sibuk di tengah MacBook, dia memperhatikan layar dengan kacamata yang bertengger pada hidung juga telinga. Harusnya dia berada di The Roof sekarang, namun harus tertahan oleh kerja sama yang sudah Yibo nantikan sejak lama. Dia juga dengan terpaksa meminta Sean untuk tinggal. Pemuda itu mungkin sedang berbincang dengan mamanya saat ini. Tadinya dia ingin mengantar Sean untuk pulang, sekaligus ke kota mengunjungi restoran. Tapi, Yibo tidak memiliki waktu sehingga meminta pemuda itu untuk tinggal.

Manik Yibo sudah berkedip lelah, hari juga sudah beranjak petang ketika dia menutup layar MacBook. Ada beberapa tumpukan kertas di sisi kanannya yang penuh coretan, sekali lagi Yibo memperhatikan. Dia cukup yakin dengan apa yang dilihatnya, sehingga hal itu menciptakan senyuman yakin pada bibir Yibo.

Samar suara menyapa rungu Yibo ketika dia menapaki anak tangga terakhir, tawa Sean yang begitu candu membuatnya menaikkan bibir. Yibo bergabung pada sofa, di samping mama yang tengah bersenda gurau dengan Sean.

Wang Yibo cukup terpana ketika mendapati kaos bermotifnya melekat pada tubuh Sean, dia juga yakin bahwa celana yang membalut pria itu adalah miliknya. Sean nampak begitu menawan di bawah temaram cahaya kuning, rambutnya yang hitam legam dibiarkan jatuh menutupi dahi. Ada senyum manis juga binar mata yang terang ketika pemuda itu menaikkan bibir untuk menyambutnya, dan Yibo tidak bisa untuk tidak jatuh cinta yang kesekian kali.

“Kamu ini,” Mama Wang menepuk lutut Yibo main-main, menatapnya penuh telisik dengan mata yang menyipit. “Tidak sopan sekali malah meninggalkan tamumu.”

“Yibo bekerja, ma.”

Mama mendecih, mengalihkan pandangan pada Sean yang memperhatikan. “Seperti papamu saja, tidak tahu waktu. Ngomong-ngomong, Sean nanti tidur di kamar tidur tamu, ya. Tadi sudah dibersihkan sama asisten rumah tangga.”

“Kamar tidur Yibo cukup untuk menampungnya, ma.”

Manik Sean membesar, begitu pun milik mama Wang.

“Kamu pikir mama akan membiarkannya? Tentu saja tidak!”

Mama Wang memang tidak membiarkan hal itu terjadi, tapi Yibo tidak tinggal diam saat dia mendapati pesan Sean pada tengah malam.

[✓] The Eyes ㊐ YizhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang