㊐
Feel free to ask for the typo(s)
Happy reading!㊐
Sejak tadi siang, pikiran Yibo belum juga bisa tertata dengan rapi. Otaknya seolah carut-marut, berantakan seperti kapal pecah. Sepanjang makan malam dengan keluarga, Yibo merasa tidak memiliki tenaga. Meskipun ada Sean di sampingnya yang ikut bercengkrama dengan keluarga, Yibo tidak tertarik untuk menimpali jika tidak terlalu penting.
Tubuh Wang Yibo mendadak hampa, terasa melayang buana dan tenggelam dalam pikirannya sendiri. Dia bertanya-tanya, apakah langkah yang mereka ambil tidak akan melukai Sean atau justru Yibo sedang menghantarkan penghinaan lain yang akan Sean terima nanti. Sekali pun keluarga besar Wang sudah memberi persetujuan, Yibo tetap tidak bisa menjamin bahwa Sean akan aman dari cacian mereka.
Yibo melamun kosong, memikirkan banyak cara untuk menjaga Sean dan tidak menyakitinya. Dia sekarang sedang tidak pada suasana hati yang baik, membiarkan Sean bercakap dengan mama adalah pilihan yang baik. Yibo hanya takut akan mengatakan sesuatu di luar kendalinya.
Hari sudah larut, Yibo juga sudah bergelung di bawah selimut seorang diri. Dia meraih ponsel, mengirimkan sebuah pesan pada Sean. Bertanya apakah pemuda itu sudah istirahat di kamar saat ini. Lima menit setelahnya, Yibo mendapat balasan. Setelah memastikan bahwa orang tua dan kakaknya di kamar masing-masing, Yibo menyelinap turun dan mengunci pintu kamar tamu setelah masuk.
Dia masih ingat ajakan Sean tadi pagi, tapi Yibo tidak memiliki minat untuk melakukannya sekarang. “Aku akan menemanimu tidur.” Itu katanya, sebelum menyeret Sean ke dalam balutan selimut.
Suhu di Beijing akhir-akhir ini tidak terlalu tinggi. Banyak bunga-bunga yang semakin bermekaran untuk menyambut musim panas. Kata Sean, dia juga menyukai bunga yang bermekaran di pelataran rumah, enak dipandang dan harumnya begitu semerbak.
Yibo menangkap persamaan di sana. Mama Wang yang gemar merawat tanaman hijau dimanifestasikan dalam diri Sean. Pemuda itu terlihat telaten dan penuh sayang saat menyemproti air pada tanah sore tadi, dan Yibo tidak pernah bosan memperhatikannya dalam diam.
Sean dalam dekapannya bergerak-gerak. Pemuda itu beberapa kali membenarkan posisi sebelum menempelkan kepalanya pada dada Yibo.
“Chef, kamu tidur?”
Kepala Yibo menggeleng, “Belum. Kamu perlu sesuatu?”
Kini giliran kepala Sean yang menggeleng lirih. Pemuda itu membalas dekapan Yibo pada pinggang, lalu mengusak kepalanya sayang pada dada Yibo. “Kamu deg-degan, ya, Chef? Jantungmu berdetak dengan cepat.”
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] The Eyes ㊐ Yizhan
Fanfic[END] Diusianya yang ke dua puluh sembilan, Wang Yibo merasakan jatuh cinta untuk yang pertama kali. Dia terpesona pada rupa pemuda yang usianya lebih muda lima tahun. Tekat Yibo sudah sangat yakin, dia mulai membuka hatinya. Tapi, di tengah itu, Wa...