13; Eyes

835 112 15
                                    

㊐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading!
Feel free to ask for the typo(s)!

Telinga Wang Yibo memerah saat mendapatkan tarikan dari mamanya. Wanita itu menjewer anaknya dengan kesal sebagai pelampiasan. Yifeng mengirimkan kabar pada Nyonya besarnya, dan ketika beliau baru saja tiba beberapa menit lalu, Yibo harus menerima amukan itu.

Tidak ada cedera serius yang dialami Yibo, dia baik-baik saja atas insiden tak terduga pada lintasan. Namun, tenaga medis tetap menyarankannya rawat inap untuk memantau kondisi selama dua puluh empat jam, mengingat mobil balap Yibo juga cukup keras menghantam pembatas track.

“Kamu ini sudah usia berapa, Wang Jie?” Mama Wang melotot dengan rahang yang mengeras. Beliau sudah melepaskan telinga Yibo dan mendudukkan diri di kursi sebelah bed. “Masih saja tidak bisa menjaga diri.”

“Namanya manusia, ma.”

“Apa?” Kalimat Yibo dipotong, mama tidak mengizinkannya untuk berbicara. “Ingin berkata bahwa sudah takdirnya? Itu klasik, Yibo. Kamu saja yang tidak bisa hati-hati.”

Papa juga ada di sana, berdiri tidak jauh dari ranjang rumah sakit. Hanya terdiam dengan tangan di saku, memberi waktu untuk istrinya dan memperhatikan mereka berdua. Kemudian beliau mendekat, menatap Yibo. “Dengarkan mamamu itu. Ingin sampai kapan kamu membuatnya khawatir?”

“Yibo juga tidak ingin membuat mama khawatir, pa.” Yibo sedikit menekankan kalimatnya. “Yibo juga tidak tahu bahwa akan seperti ini. Memangnya peramal yang bisa melihat masa depan?”

Papa menghela napas, terlihat lelah dengan tingkah putra bungsunya. “Nyawa manusia cuma satu, Yibo. Jangan dibuat main-main.” Beliau juga menekankan setiap kata, menatap Yibo tajam kali ini. “Bahkan jika kamu tidak menyayangi nyawamu, masih ada kami.”

“Lalu kenapa jika ada kalian?”

“Wang Yibo!”

“Pa, Yibo begini ada baiknya juga. Saat Yibo di luar negeri, kadang kala Yibo berpikir apakah kalian benar-benar memberikan kasih sayang yang tulus lewat panggilan atau video.” Yibo menatap papa dan mama bergantian, maniknya berkaca-kaca, bahkan air matanya sudah hampir jatuh saat melanjutkan. “Yibo tidak bisa menerima kasih sayang kalian di usia muda, lalu bolehkah jika Yibo memintanya mulai saat ini?”

Urat nadi pada leher papa Wang sudah terlihat jelas, namun pria itu masih menahannya dengan kepalan tangan. “Tidakkah kamu berpikir bahwa kalimatmu itu melukai harga diri kami sebagai orang tua, Wang Yibo?” Dan beliau meninggalkan ruangan setelahnya, meninggalkan mama Wang dan Yibo yang terdiam selama beberapa saat.

Mama Wang juga merasakan ketegangan itu sejak tadi, dan beliau menghela napas. “Something happend, nak?” Tanyanya hati-hati. Mama Wang juga mengelus lengan Yibo dengan lembut, menunggu putranya untuk menjawab. “Jika tidak ingin bercerita sekarang, tenangkan dirimu dulu, oke? Mama siap mendengarmu kapan saja.”

[✓] The Eyes ㊐ YizhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang