30; Eyes (Special Chap)

911 81 20
                                    

———㊐㊐㊐———

The Eyes special clip for u, guys.
(sorry if this edit is bad, but with all love, I dedicated it to y'all.)

———㊐㊐㊐———

Wang Yibo menatap pantulan dirinya di cermin. Dia menggenakan suit merah dengan turtleneck warna hitam. Rambutnya disisir rapi, beberapa bagian dibiarkan tergerai menutupi separuh dahi. Dia kembali tersenyum, tidak menyangka akan melepaskan status lajangnya di usia yang sekarang.

Sebelum bertemu Sean Xiao, Yibo tidak terlalu memikirkan akan asmaranya. Dia memfokuskan seluruh hidupnya pada pekerjaan, menaruh abai pada cinta sekalipun usianya hampir kepala tiga. Dan Yibo merasa cukup senang saat ulang tahunnya yang ke tiga puluh nanti, sudah ada seseorang yang akan menemani.

Cuaca hari ini cerah, Yibo bisa melihat kilauan matahari dari jendela kamarnya yang terbuka. Selepas persiapan di The King selesai, Yibo memutuskan pulang, begitupun dengan Sean. Mereka sama-sama kembali ke rumah sebelum akan bertemu beberapa jam lagi.

Senyum Yibo semakin merekah, terlebih ketika menuliskan pesan pada Sean melalui ponselnya. Dia sudah terlalu rindu, tapi tetap menahan diri untuk menghormati tradisi yang akan mereka lakukan. Jari panjangnya mengetik di atas layar, bertanya bagaimana kabar yang termuda dan apakah pemuda itu selesai dengan persiapannya.

Satu detik, dua detik, Yibo menghitung dalam benak. Menunggu balasan yang termuda dengan kembali merapikan letak rambutnya yang sebenarnya tidak berubah. Ketika ada sebuah balasan masuk, Yibo mendadak gugup. Jantungnya bertalu, dan semakin cepat kala terdapat gambar Sean pada layar.

Calon kekasihnya mengirim sebuah foto, menunjukkan bahwa dia telah selesai bersiap. Sean juga menggenakan suit merah, rambutnya yang baru saja dipotong menambah kesan rupawan pada wajahnya. Yibo rasanya ingin menangis sebab dia terlalu tidak sabar untuk segera bertemu.

“Wang Jie, sudah siap?”

Yibo menoleh, mendapati mama diambang pintu. Wanita itu juga terlihat anggun ketika dibalut gaun merah seperti mawar. Rambut mama diikat dan dibiarkan menjuntai, menambah kesan elegan yang jarang Yibo lihat ketika mereka di rumah.

“Mama cantik sekali.” Yibo rasanya ingin menangis saat dia mengatakan itu. Entah kenapa, perasaannya mendadak rentan, dia terlalu rapuh untuk tetap bahagia tanpa rasa haru. Ada setitik air mata yang lolos saat Yibo mendekap mama, juga mengelus punggungnya sayang.

“Anak mama juga tampan sekali.”

“Yibo gugup, ma.”

Mama tertawa ringan, beliau membenarkan kerah suit Yibo yang sedikit miring. Tangan halusnya menyapu fabrik kain itu, mama lantas tersenyum pada sang anak. “Tidak apa-apa. Itu tandanya bahwa kamu sangat mencintai Sean.”

“Sangat.” Satu titik air mata Yibo kembali luruh. “Hingga aku tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan rasa cintaku padanya.”

Mama Wang menghela napas dengan senyum, beliau sedikit berjinjit saat mencium kening Yibo penuh sayang. “Mama rasa baru kemarin menggendong Yibo kecil. Sekarang kok sudah mau meminang anak orang saja.”

[✓] The Eyes ㊐ YizhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang