17; Eyes

873 102 18
                                    

㊐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading!
Feel free to ask for the typo(s)
Sean POV

Sean Xiao adalah pemuda periang yang dibesarkan dengan segala kasih. Dia tidak merasa kekurangan akan cinta yang telah orang tuanya berikan sejauh ini. Hidupnya terasa sangat berkecupakan melalui kasih sayang, Papa dan mamanya dengan tulus dan penuh kasih mengajarinya menjadi pribadi yang begitu rupawan, dan terciptalah seorang Sean Xiao dengan segala kebaikan hatinya.

Dia tidak pernah melukai hati orang lain sepanjang ingatan. Sean selalu berusaha menyalurkan kebaikan melalui segala perbuatannya. Jiwanya yang positif turut menciptakan lingkungan yang serupa. Membuat Sean berpikir bahwa dunia begitu indah.

Hal itu bertahan selama dia tumbuh. Banyak pelajaran hidup yang berhasil Sean dapatkan, membuatnya menjadi dewasa pada usianya yang belia. Sean banyak dikelilingi orang-orang yang penuh kasih juga mencintainya, entah itu tua atau muda, pria atau wanita. Dia dengan senang hati menerima dan juga membalas.

Sean belia sangat menyukai hal-hal baru. Orang tuanya juga mendukung dengan motivasi penuh yang membuat Sean berkembang. Dia banyak belajar di Australia, entah tentang pendidikan atau kehidupan. Sampai-sampai, dia pernah jatuh cinta di bangku sekolah. Sean menganggap itu adalah hal yang wajar. Tidak ada sesuatu yang aneh ketika dia mulai menaruh suka pada laki-laki yang seusianya.

Melalui perasaan itu, Sean banyak mencari tahu hingga berakhir pada satu kesimpulan. Dia menyukai seorang pria.

Perasaannya tidak bertahan lama, dan kini jika mengingatnya, Sean berpikir bahwa itu adalah cinta monyet.

Dia tidak merasa ada yang salah dengan perasaannya sebab orang-orang di sana terbuka akan topik sesama jenis. Dan hal itu Sean bawa ke China saat keluarganya memutuskan pulang.

Seperti cerita kebanyakan orang, bangku perkuliahan adalah jenjang di mana banyak cerita terjadi. Mulai dari perjalanan awal karier seseorang, perjalanan cinta, bahkan beberapa perjalanan lain yang turut menjadi alur kehidupan.

Sean begitu menikmatinya. Dia juga banyak mengenal orang baru dengan karakter social butterfly-nya, menghantarkan Sean pada kehidupan-kehidupan perkuliahan yang begitu menyenangkan, di luar pendidikan kedokterannya yang begitu melelahkan.

Sepanjang satu tahun perkuliahan, Sean merasa tidak ada yang istimewa. Seperti pendidikannya sebelum ini, Sean berkuliah untuk mengejar cita. Hingga pada akhirnya dia bertemu seorang senior laki-laki di tahun kedua perkuliahan.

Mereka saling mengenal melalui salah satu komunitas di universitas. Kemudian seiring berjalannya waktu, mereka semakin dekat. Sean menyukai sosok itu sebab banyak menuntunnya di segala keadaan. Seniornya juga memiliki kepribadian yang menyenangkan, tidak jauh dari seorang Wang Yibo di masa kini.

Secara tidak sadar, Sean Xiao jatuh cinta pada senior itu. Dia menaruh rasa secara diam-diam hampir satu semester. Memendamnya sebab tidak ingin mempengaruhi pertemanan mereka. Dia bertahan sejauh itu, dan memutuskan untuk mengungkapkan rasa pada awal tahun ke tiga.

Dengan hati yang berseri, Sean jujur akan perasaannya. Dia berharap bahwa sang senior juga memiliki perasaan yang sama sebab perlakuan laki-laki itu menunjukkan hal yang demikian. Tapi, nyatanya tidak semudah itu.

Sean Xiao naif pada usianya yang ke dua puluh dua. Dia membuang pemikiran bahwa semua orang akan sama sepertinya. Tapi, ketika dia ditolak dengan hebatnya, Sean merasa bahwa perasaannya adalah suatu hal yang menjijikkan.

Dia ingat dengan baik bagaimana wajah tidak suka dari seniornya waktu itu. Lelaki itu juga berkata, "Kamu pikir ini western yang melegalkan hubungan sesama jenis? Jangan menutup mata, Sean. Ini China, dan hubungan yang seperti itu begitu tercela bagiku."

Dan Sean Xiao yang tumbuh dengan segala cinta sebelum ini harus menerima fakta bahwa perasaannya yang begitu tulus hancur berkeping-keping. Bahkan begitu tercela pada pandangan orang lain. Hal itu mengubah sebagian hidupnya, menjadikan Sean yang yang sekarang; menutup diri akan segala bentuk cinta kecuali dari orang tuanya.

Sean sejujurnya tahu bahwa Yibo tulus akan perasaannya. Pria itu juga definisi dari segala cinta yang Sean idamkan. Tapi, dia terlalu takut untuk menerima Yibo. Bahkan ketika pria Wang itu memeluknya, Sean merasa dia tidak pantas menerimanya.

Dia tersedu dengan hebat dalam dekapan Yibo. Sepenuhnya memasrahkan kepala pada pundak kokoh yang lebih tua. Sean benar-benar lemah saat dia memutuskan bercerita kepada Yibo satu jam lalu.

Yibo menunjukkan segala cintanya pada Sean. Pria Wang itu mendengarkan dengan khitmad dan penuh kasih, memberikan Sean elusan saat kalimatnya terhenti untuk mengambil banyak napas. Dia juga memberikan kekuatan lewat kalimat-kalimatnya yang menenangkan.

"Chef,"

Suara Sean begitu lirih, teredam oleh isakannya yang masih menggema. Dia tidak kuasa untuk melanjutkan saat elusan mendarat pada pundaknya. Membuat Sean kembali terisak saat dia meremat baju Yibo dengan erat.

"Menangislah dulu. Aku akan menunggumu."

Wang Yibo benar-benar memberinya waktu. Dia tidak menyela tangisan Sean dengan apapun. Yibo memberikan elusan tanpa henti. Bahkan saat Sean melepaskan diri dengan mata yang bengkak juga wajah memerah, pria itu menyeka dengan hati-hati bekas air mata di pipi Sean.

"Sudah lega?"

Sean mengangguk dalam tundukkannya, dia merasa malu berhadapan dengan Yibo dalam kondisi seperti ini. "Maaf, Chef." Ucapnya kemudian.

"No need, kamu tidak salah." Yibo menyodorkan segelas air putih kemudian, masih juga mengelus pundak Sean mencoba tetap menenangkan. "Aku tidak akan memaksamu, Sean." Kata Yibo setelahnya. "Kamu boleh mengambil banyak waktu yang kamu butuhkan untuk menerimaku jika ingin."

Sean mendongak, menatap Yibo dengan manik sembabnya. "Sudah aku katakan... aku ingin, Chef." Dia berkata sebisanya, meskipun beberapa kali tersedan akibat sesegukan. "Aku hanya butuh waktu."

Kepala Yibo mengangguk pelan, pria itu kembali mengelus pipi Sean dengan lembut. "Aku ingin mengenalkanmu pada seseorang jika kamu mau."

"Siapa?"

Yibo menggenggam telapak Sean, juga memberikan elusan lembut. "Psikolog." Kata Yibo. Dia juga melanjutkan dengan cepat saat Sean terlihat akan membuka suara. "Aku akan menemanimu selama terapi. Aku tidak ingin mengorbankan hubungan kita nantinya, Sean. Kita akan baik-baik saja jika pikiran dan emosi kita juga baik."

Sean mengangguk ragu, "Aku sudah lama ingin melakukannya. Hanya saja tidak memiliki keberanian."

"Sekarang kamu punya aku." Yibo tersenyum, kini sudah sangat lembut dengan binar matanya yang tulus. "Aku akan ikut berjuang denganmu untuk hubungan kita."
[]

Jadi, dejavu sama Unfogettable. Di mana Zhan ge butuh waktu nerima Yibo haha.
Ke depannya ga terlalu fokus sama terapi Sean, ya. Lebih ke waktu mereka berdua.

Anw, aku mau meluruskan, bahwa di sini Sean tidak memulai masa lalu dengan siapa-siapa. Jadi, problem dia bukan sekadar 'tidak selesai dengan masa lalu', tapi 'trauma masa lalu'.

See u!

[✓] The Eyes ㊐ YizhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang