25; Eyes

842 88 29
                                    

㊐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Feel free to ask for the typo(s)
Happy reading!


Tubuh Wang Yibo baru saja menyapa sofa saat telinganya mendengar suara pintu dibuka dan diikuti langkah yang mendekat setelahnya. Dia sontak memejam mata, pura-pura sudah terlelap padahal setengah jam belum berlalu sejak Sean mengusirnya dari kamar.

Yibo melakukan antisipasi, berusaha memfokuskan pendengaran ketika yang dia dapatkan justru sofa yang memantul lembut. Sofa miliknya tidak terlalu panjang, tapi lebar pada bantalannya, sehingga ketika Sean tiba-tiba ikut merebahkan diri, mereka masih muat di sana.

Sejujurnya Yibo ingin tertawa geli, tapi dia berusaha menahan mati-matian saat Sean beberapa kali membenarkan posisinya yang mungkin tidak nyaman. Kelopak Yibo masih tertutup, hanya menunggu pergerakan Sean dalam diam.

“Chef?” Sean memanggil dengan lirih, hampir seperti berbisik tepat di samping telinga Yibo. Jarak mereka sangat dekat sekarang, tidak ada ruang bagi Yibo maupun Sean untuk sekedar membenarkan posisi. Sean bisa saja jatuh jika mereka sama-sama telentang.

Panggilan itu tidak Yibo jawab, dia hanya sibuk menahan tawa agar tidak segera meledak. Sangat rugi baginya jika rencana Yibo gagal secepat ini.

Tidak ada lagi pergerakan Sean, bahkan suaranya juga tidak terdengar. Lengan mereka bersinggungan, saling bersentuhan dari balik fabrik kain yang tipis.

Yibo tidak melakukan apapun selama sepuluh menit, dia cukup nyaman dengan posisi itu meskipun was-was Sean akan jatuh. Maka hal selanjutnya, Yibo memutuskan untuk membuka mata dan mendapati Sean masih terjaga. “Kenapa pindah?” Tanya Yibo main-main, melirik Sean melalui ekor matanya.

“Tidak papa.” Jawab Sean. “Takut jika kamu tidak bisa tidur sendirian.”

Kini tawa Yibo benar-benar terurai, namun dia masih bisa menahannya sebelum semakin meledak dan menciptakan pelupuk pada sudut matanya. “Jika begitu temani aku.” Kata Yibo setelah selesai tertawa. Dia kemudian bangkit, kembali meraih Sean dalam gendongan di depan dada.

Sean yang tidak terima berusaha memberontak membebaskan diri. “Apa yang kamu lakukan, Chef!?” Kesalnya.

“Aku punya tempat tidur, lalu kenapa harus tidur di sofa?”

Yibo berusaha menahan badan Sean sekuat tenaga. Melindungi tubuhnya dari daun pintu ketika mereka kembali ke kamar. Dia merebahkan Sean dan turut bergabung setelahnya. “Tidak usah banyak tingkah. Ayo tidur.” Yang termuda hanya menurut ketika Yibo merapikan letak selimut, berusaha menutupi tubuh keduanya.

Malam semakin larut ketika Yibo meraih Sean dalam pelukannya. Dia mendekap pinggang Sean dengan sayang ketika lengan lainnya Yibo gunakan untuk menumpu kepala Sean. Sementara pemuda itu memasrahkan diri dengan meringkuk dalam dekapan hangat Yibo.

[✓] The Eyes ㊐ YizhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang