Ten; Eyes

860 106 5
                                    

㊐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading!
Feel free to ask for the typo(s)!

“Bagaimana?” Yibo bertanya ketika Sean menghabiskan hidangan terakhir dalam piring. Pemuda itu makan dengan lahap, seperti belum makan seharian penuh. Bahkan dessert yang Yibo buat juga dihabiskannya tanpa sisa.

Sean menyeka mulutnya hingga bersih, meskipun demikian rasa manis ice cream pada bilah bibirnya masih terasa. Dia mengacungkan dua jempol setelahnya, “Enak! Aku menyukai semuanya!”

Tawa ringan Yibo mengudara, membuat kelopak matanya menyipit. Dia menerima pujian Sean dengan tulus. “Itu menu baru kami, belum launching. Kamu tester pertama.”

Manik Sean tadinya sudah cerah serupa bulan, dan kini binar bintang turut hadir dalam pandangannya. Yibo bisa melihat langit malam yang cantik dalam manik bambi sebulat purnama itu.

“Wah!” Sean berseru semangat, telapaknya menutup mulut ketika mendengar penuturan itu. “Betapa terhormatnya saya, Chef!”

Pemuda Xiao itu berkata dengan tulus, berhasil mencuri perhatian Yibo lebih banyak lagi. Dia tidak henti-hentinya mengagumi seberapa menawannya Sean saat bibirnya dikuasai senyum.

Namun, Yibo mengibaskan tangan di depan muka main-main, “Ey, itu bukan apa-apa. Aku bisa membuatkan sesuatu yang lainnya jika kamu mau.”

Bibir Sean mendecih lirih, dia terlihat kesal ketika berkata, “Iya, saya tahu Chef itu hebat. Tapi, harusnya tidak boleh rendah diri untuk meroket begitu.”

Yibo tertawa lagi dalam kalimatnya. “Saya serius. Katakan saja apa yang kamu mau.”

“Ini privilege mengenal juru masak, ya, haha?”

Lalu tawa mereka menghangat dalam penjuru ruang. Tidak ada kecanggungan yang menginterupsi di antara keduanya. Mereka menikmati waktu dengan perbincangan yang menyenangkan, mencoba saling mengenal lebih dalam.

“Saya dengar Chef menjadi lulusan terbaik, ya?”

Yibo yang tadinya memainkan gelas winenya kini berhenti, membalas tatapan Sean lewat manik teduhnya. “Dengar dari siapa memangnya? Itu hanya gosip.”

“Gosip yang dibenarkan oleh fakta, Chef?” Sean terdengar tengah mengoda, sebab dia membubuhkan cengiran di akhir kata.

Hal itu membuat senyum Yibo tumbuh untuk yang kesekian kali. Dia benar-benar kagum bagaimana cara Sean berinteraksi. Usia mereka terpaut jauh, tetapi Yibo tidak merasakan ada kesenjangan itu.

“Saya penasaran dengan pendidikan kuliner Anda, Chef.” Sean membuka suara lagi. Dia bertanya dengan penasaran, tubuh atasnya sedikit condong ke depan dengan siku yang bertumpu pada meja. “Boleh bercerita sedikit, Chef?”

[✓] The Eyes ㊐ YizhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang