23; Eyes

726 90 26
                                    

㊐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Destiny is no matter of chance.
It is a matter of choice.
It is not a thing to be waited for,
it is a thing to be achieved.
William J. Bryan

“Chef, what’s wrong?”

Wang Yibo menggeleng dengan senyum paksa pada bibir. Pandangannya tidak terlalu fokus pada Sean, justru jatuh pada bayangan hitam yang begitu pekat.

Dia tidak pernah merasa takut sebelum ini. Tapi, saat mendapati hal itu di balik punggung Sean, Wang Yibo mendadak merasa badannya begitu hampa. Manik matanya tidak fokus, beberapa kali berkedip dengan harap bayangan itu akan hilang.

Mereka sudah cukup lama berdiam diri di sana sejak pertama kali bayangan itu muncul, dan Yibo sama sekali tidak tahu harus bereaksi apa ketika keringat dingin sebiji jagungnya mulai menetes. Rencana yang telah dia susun jauh-jauh jari untuk memberikan promise ring pada Sean mendadak buyar. Wang Yibo tidak siap untuk mengikat Sean Xiao.

Fakta bahwa dia akan seorang diri setelah ini sungguh menakutkan, lebih dari sekadar rasa takut saat membayangkan bayangan itu ada di belakangnya. Yibo benar-benar tidak tahu saat dia kembali meremat tepalak Sean dalam gengaman.

“Chef, are you okay?” Raut wajah Sean berkerut menunjukkan rasa khawatir. Maniknya turut membulat atas tingkah laku Yibo yang sedikit membingungkan. Sean semakin dibuat tidak mengerti ketika dia bertanya, “Tanganmu gemetar, Chef. Kamu sakit?”

Yibo menggeleng dengan lemah, “Kamu sakit?” Tanyanya balik.

Sean semakin mengernyit tidak mengerti saat kepalanya juga menggeleng ragu, “As you can see, Chef. Aku baik-baik saja. Justru Chef yang terlihat tidak. Rumah sakitku dekat dari sini, ayo.” Sean berdiri pada akhir kalimatnya, tapi tangan Yibo masih menggenggamnya erat, bahkan kini terasa seperti sebuah cengkraman yang sedikit menyakitkan.

Kepala Yibo kembali menggeleng, “Duduk.” Titahnya, memerintah Sean dengan tegas ketika maniknya menatap tempat duduk Sean sebelum ini. Yibo tidak ingin mereka pergi kemana pun, dia harus memastikan bahwa semua ini aman untuk Sean.

Pemuda Xiao itu tidak menjawab. Hanya mematuhi perintah Yibo dengan alis yang menyatu. Sean kembali memasrahkan diri di sebalah Yibo tanpa sepatah kata.

Sedang Yibo masih bergelut dengan pikirannya. Dia tidak tahu harus bagaimana untuk mengusir bayangan itu. Dia tidak pernah melakukannya sebelum ini. Dan fakta bahwa bayangan itu akan hilang ketika pemiliknya menutup usia membuat perutnya terasa dililit.

Dengan telapak bergetar, Yibo meraih ponselnya di saku jas. Berusaha mendial nomor ayah saat telapak lain masih menggenggam milik Sean. Dia tidak ingin dan tidak berniat melepaskan genggaman itu. Pikiran Yibo kini sudah begitu jauh, bahkan dia merasa takut ketika tautan tangan mereka terlepas dan Sean benar-benar lenyap.

[✓] The Eyes ㊐ YizhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang