㊐
Feel free to ask for the typo(s)
Happy reading!CW: Major Character Death
㊐Suara ayam pada pagi hari belum terdengar berkokok, bahkan alarm Yibo yang akan menyala pada pukul empat belum berdering. Kedua suara itu dikalahkan oleh jeritan melengking dari Sean yang memecah dini hari.
“Chef!” Sean berulang kali memanggil Yibo, meneriakinya dengan nada tinggi hingga membuat suaranya begitu serak. “Chef Yibo! Please! Jangan main-main denganku! Buka matamu! Wang Yibo, demi tuhan!”
“Sean!”
Sean tidak menggubris suara itu. Dia benar-benar abai dengan sekitar saat tangannya terus menguncangkan tubuh Yibo yang sudah dingin. “Wang Yibo, please, Wang Yibo!”
Suara Yi Shi kembali terdengar, memanggil namanya dengan tidak kalah keras. Tapi, ketika pemuda itu telah sadar sepenuhnya dari kantuknya, Wang Yi Shi tergopoh-gopoh berlari ke kamar orang tuanya. Beberapa saat kemudian papa dan mama Wang datang masih dalam balutan piyama tidur.
“Sean,” Mama mendekat pada Sean, menatap calon menantunya dengan wajah yang benar-benar berantakan. “Apa yang terjadi, nak? Katakan.”
“Ma,” Suara Sean tidak terdengar jelas. Hanya suara isakan yang mendominasi. “Chef Yibo… Tadi…” Sean kembali menjeda, membalas genggaman tangan mama Wang yang cukup kuat. “Aku berniat bangun… ingin ke kamar mandi… Chef Yibo terlelap dengan nyenyak.. Aku kira dia memang kelelahan. Tapi, ma, setelah aku kembali, tubuhnya dingin… denyut nadinya, tidak ada.”
Dengan susah payah Sean menyelesaikan kalimatnya. Isak tangisnya kembali meledak diakhir kata. Dia memeluk mama Wang dengan begitu erat, menumpahkan seluruh air matanya di pundak wanita itu.
“Ma, Chef Yibo, ma.”
Ada tangisan lain yang menyertai, dan tubuh Yibo hanya diam tanpa respon apapun. Sean melepaskan pelukan, dengan berantakan dia kembali melakukan CPR, menghitungnya dengan napas yang putus-putus, sepenuhnya abai jika tulang rusuk Yibo akan patah. Sean hanya ingin jantung Yibo kembali berdetak dan pria itu membuka matanya. Namun, usahanya tidak membuahkan hasil, Sean justru ditarik menjauh dari badan Yibo.
“Ma, Chef Yibo berjanji padaku bahwa dia akan mencintaiku sepanjang hidupnya.”
“Dia sudah melakukannya, Sean.”
“Ini mimpi, ‘kan, ma? Tolong bangunkan aku, atau bangunkan Chef Yibo, ya, ma? Sean mohon.”
Mama Wang menangkup pipi Sean dengan gemetar. Hatinya hancur, tapi mama Wang berusaha untuk tetap tegar di depan Sean. “Breath, Sean, tarik napasmu.” Wanita itu berusaha memberikan kekuatan pada Sean, matanya tidak sama sekali mengeluarkan tangisan meskipun sudah berkaca-kaca.
Sementara papa Wang dan Yi Shi, menahan suara tangisnya ketika menatap tubuh Yibo yang tidak beraksi sama sekali. Berusaha menerima meskipun terlalu berat untuk dilalui.
Tangisan Sean semakin menjadi menjadi ketika kembali menatap wajah Yibo. Dia bahkan tidak bisa mengeluarkan isak tangis sebab suaranya sudah habis. Air mata Sean terus luruh, entah sampai kapan, sebab yang terakhir kali Sean ingat adalah papa yang menutup seluruh tubuh Yibo dengan selimut sebelum pandangannya menjadi gelap.
㊐
Rumah kediaman Wang mendadak ramai, dipenuhi oleh banyak orang dengan pakaian serba hitam. Banyak yang menitikkan air mata saat mereka memberikan penghormatan terakhir untuk Wang Yibo. Pria yang belum genap tiga puluh tahun itu telah benar-benar menutup usianya, meninggalkan orang terkasihnya tanpa pamit.
Sean merutuki kebodohan dirinya. Jika dia menyadari lebih cepat, mungkin Yibo masih berbagi tawa dengannya sekarang. Tapi, kini Sean seorang diri, berdiri di samping orang tua kekasihnya yang mencoba tersenyum ketika mengucapkan terima kasih pada orang-orang yang berdatangan.
Dia tidak lagi merasa dicintai, bahkan ketika mama dan papanya memberikan pelukan yang begitu menenangkan, Sean masih merasa kosong. Yang dia butuhkan adalah pelukan hangat Yibo, juga elusan lembut pada puncak kepala Sean yang akan dia terima di penghujung malam.
Tapi, kini Yibo-nya telah pergi. Pria Wang itu menempati janjinya untuk mencintai Sean sampai akhir hayat. Dalam hati, Sean menyalahkan takdir. Kenapa mereka baru dipertemukan beberapa bulan yang lalu, dan kenapa juga Sang Pencipta terlalu cepat memanggil Wang Yibo untuk pulang.
Sean tidak tahu, harus dengan kekuatan apa dia menjalani hari setelah ini. Seluruh jiwanya seolah turut pergi, dibawa Yibo yang sudah terkubur dalam tanah. Sean hanya bisa menatap nama Wang Yibo di atas pualam, tidak lagi bisa memandang wajah yang selalu bisa membuatnya tersenyum itu.
Mendadak Sean teringat akan kalimat Yibo. Apakah pria itu juga melihat bayangan hitamnya sebelum berpulang. Dan perilaku Yibo yang sedikit aneh tadi malam membuat tangis Sean kembali tercipta. Dia kembali terisak begitu hebat di atas pualam, memaksa Yi Shi setengah menyeret Sean untuk menjauh dari peristirahatan terakhir Yibo. Pria tertua Wang itu kemudian menggendong Sean, membawa ke dalam mobil dan berusaha menenangkannya.
Sebelumnya Sean tidak begitu sadar. Dia baru menyadari bahwa rasa cintanya juga begitu besar untuk Yibo ketika kekasihnya sudah berpulang. Dan Sean berulang kali merapalkan kalimat ‘aku mencintaimu’ seperti mantra, berharap bahwa semua ini adalah mimpi dan dia segera bangun.
Tapi, justru mimpi buruk selalu muncul dalam tidurnya selama satu minggu setelah kematian Wang Yibo. Sean tidak bisa tidur dengan tenang, bahkan untuk sekadar memejamkan mata saja dia takut. Dalam gelapnya malam dan di bawah atap kediaman Wang, Sean selalu berharap bahwa dia juga segera berpulang menyusul Yibo.
Dan dua minggu setelah berpulangnya Yibo, harapan Sean terpenuhi. Dia juga berpulang dalam tidurnya, memeluk kaos Yibo begitu erat, Sean menyusul yang terkasih untuk kembali kepada pangkuan Sang Pencipta pada usianya yang ke dua puluh empat.《 END》
Gatau mau nulis kalimat penutup yang kaya gimana. Intinya terima kasih kepada teman-teman yang sudah mencintai Chef dan Dokter dari awal cerita ini dibuat. Terima kasih juga atas segala cintanya kepada karyaku. Ini happy ending kok (bagi yang mau-mau aja haha), mereka bersama di surga.
Maaf ya kalau bikin nangis, hehe, aku juga nangis kok!
Kita ketemu di cerita yang lain, ya, See u!
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] The Eyes ㊐ Yizhan
Fanfiction[END] Diusianya yang ke dua puluh sembilan, Wang Yibo merasakan jatuh cinta untuk yang pertama kali. Dia terpesona pada rupa pemuda yang usianya lebih muda lima tahun. Tekat Yibo sudah sangat yakin, dia mulai membuka hatinya. Tapi, di tengah itu, Wa...