㊐
Feel free to ask for the typo(s)
Happy reading!㊐
Matahari bahkan belum sepenuhnya muncul saat Yibo menggerakkan kakinya di atas treadmill. Dia memulai hari lebih pagi dari biasanya, memilih gym sebagai tempat untuk beraktivitas sebelum mengawali hari. Yibo bisa saja bergelung dalam selimut dengan mendekap Sean, tapi dia tidak ingin mengambil resiko untuk tetap di sisi pemuda itu ketika terbangun.
Yibo pernah melakukan ini sebelumnya. Dia juga jogging lebih pagi dari biasanya untuk menetralkan rasa panas dalam tubuh. Kala itu masih ada alasan lain, dia bisa menggunakan rumah dan orang tua. Tapi, kali ini hanya ada mereka berdua di unit, dan Yibo tidak ingin berdiam diri di dalam sana.
Ketika matahari sudah bersinar dan memantul melalui cermin di wastafel, Yibo mengusak rambutnya yang masih basah. Dia berkaca, menatap pantulan dirinya yang masih dibalut handuk setengah badan. Beberapa bulir air bening masih menempel pada permukaan kulit halusnya, menggantikan keringan yang sudah Yibo hasilkan saat dua jam bernaung di gym.
“Pagi, Chef.”
Sapaan pertama Yibo dapatkan ketika dia membuka pintu kamar mandi. Sean masih bergelung di atas tempat tidur, tapi tangannya sudah menggenggam ponsel yang menyala. “Sudah bangun?” Tanya Yibo basa-basi, dia kemudian berjalan mendekati lemari, masih dengan handuk putih yang tersampir pada pinggang. Merasa tengah diperhatikan, Yibo menoleh. “Kamu berusaha menelanjangiku dengan tatapanmu itu, Sean?”
“Apakah Chef juga akan melakukan hal yang sama?”
Di mana Yibo harus meletakkan kesabarannya? Dia sudah menahan diri pagi tadi dan tidak menyangka akan mendapatkan ini sekarang.
“Kamu serius bertanya begitu saat aku baru saja mandi?”
Sean hanya meringis dengan kelopak yang menyipit. “Silakan, Chef, aku tidak akan mengintip.” Katanya. Lantas membawa pandangan kembali pada ponsel, tidak lagi menaruh atensi pada Yibo yang sudah memilih kaos dengan acak.
Yibo segera memakainya, berusaha melindungi tubuh bagian atasnya dari tatapan Sean lagi. Dia juga pria normal yang bisa saja tergoda, dan jika Yibo tidak memiliki kontrol diri yang baik, mungkin dia sudah menelanjangi Sean pagi tadi.
“Kamu ingin apa untuk breakfast?” Yibo bertanya ketika dia sudah selesai dengan kegiatannya. Pria Wang itu memiliki kaos hitam dan celana senada sebagai setelan, rambutnya yang masih basah dibiarkan tergerai, beberapa anakannya menutupi dahi.
Sean yang tadinya masih fokus pada ponsel, kini turut menaruh atensi pada Yibo. Dia sudah bersandar pada headboard ranjang. Rambutnya masih acak-acakkan, bengkak pada wajahnya juga belum hilang. “Chef biasanya apa? Aku bisa sarapan dengan apa saja.” Kata Sean sambil mengusap kelopak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] The Eyes ㊐ Yizhan
Hayran Kurgu[END] Diusianya yang ke dua puluh sembilan, Wang Yibo merasakan jatuh cinta untuk yang pertama kali. Dia terpesona pada rupa pemuda yang usianya lebih muda lima tahun. Tekat Yibo sudah sangat yakin, dia mulai membuka hatinya. Tapi, di tengah itu, Wa...