Kedua

573 48 0
                                    

"Tidak ada yang tau tentang takdir, takdir seperti sebuah dadu dimana kita tidak pernah akan bisa menebak apa hasil nya nanti yang keluar"


jungwon saat ini sedang mengamati alamat yang tertulis di atas amplop cokelat yang dia pegang, mata nya bergulir menatap ke arah rumah besar yang sangat mewah dan tulisan yang ada di amplop itu secara bergantian

Dia berdecak beberapa kali sebelum mengetukan jari ke dagu nya seolah berpikir hal berat, "Apa aku salah alamat ya? tetapi alamat di amplop ini memang benar menunjuk ke alamat rumah ini"

Sepeda tua nya dia parkirkan di depan pagar tinggi rumah mewah itu, langkah nya dengan berat berjalan menuju mendekat ke arah bel yang berada di pagar.

"Bagaimana ini? jika nanti aku salah alamat apa aku akan di usir atau di cap sebagai pengemis yang ingin meminta sumbangan?"

Jungwon bergumul dalam hati nya dan mencoba meyakinkan diri sendiri untuk menekan bel itu

akhirnya jungwon pun memutuskan untuk menekan bel walaupun dia harus berjinjit terlebih dahulu, demi dewi keberuntungan yang agung! jungwon rasanya ingin mengutuk si pemilik rumah yang menaruh bel terlalu tinggi, ini seperti diskriminasi terhadap kaum pendek seperti nya.

Tak lama datang seorang satpam yang menghampiri jungwon juga membukakan pagar itu kemudian menyuruhnya untuk masuk, jungwon menganga lalu menunjuk dirinya sendiri seolah mengatakan 'aku disuruh masuk?'

"Benar dik, kau bisa mengantarkan surat itu langsung ke dalam rumah"

Kening jungwon mengerut heran, kenapa dia harus masuk? dia tidak punya banyak waktu untuk ini, tetapi jungwon tak ingin ambil pusing dan sesegera nya berlari kecil untuk masuk ke dalam rumah mewah itu dengan satpam yang membukakan pintu masuk untuk nya.

Dirinya menoleh ke seisi ruangan, terkagum kagum akan apa yang sekarang dia lihat. Bahkan tidak sadar sedari tadi mulutnya terbuka lebar karna terpana dengan isi rumah mewah ini yang penuh pajangan serta barang barang yang jungwon jamin berharga ratusan juta

Tiba tiba jungwon merasa sangat miskin, dia menurunkan pandangan melihat sendal jepit usang nya yang menapaki karpet berbulu halus berwarna merah darah, satpam yang berada di samping nya sudah pergi entah kemana.

"kemana satpam itu? aku harus mengantar surat ini kemana??!" Jungwon panik, satpam sialan itu malah menghilang begitu saja

"Hei anak kecil kurang ajar, berani nya menginjakkan sandal busukmu di karpet mahal ku!"

suara itu menggema membuat jungwon berjengit kaget, lantas mata nya menoleh ke arah suara

Seperkian detik seolah ada slowmotion diantara mereka berdua yang saling terpaku menatap satu sama lain, mungkin jika di drama drama biasanya akan ada musik romantis mengiringinya.

Jungwon ingat, orang itu adalah orang yang tiba tiba memberinya uang dua ratus ribu dan mengatainya pengemis, tiba tiba raut wajah jungwon berubah masam, matanya memicing tajam ke arah lawan

Si pria nampak berdehem untuk membuang rasa canggung nya tadi dan mendekat ke arah jungwon, perbedaan tinggi badan mereka membuat jungwon harus mendongak untuk menatap wajah tampan itu

"Kemarikan"

"Apa?", tiba tiba otak jungwon berubah lamban setelahnya orang ini tiba tiba berkata kemarikan, memangnya kemarikan apa? sandal usang ini?

Tanpa banyak tanya, jungwon sesegera mungkin melepas sandal usang nya dan menyodorkan nya pada pria itu

Pria tampan itu mengernyit heran dan menatap jungwon tidak mengerti, "apa ini? aku tidak perlu sandal busuk mu itu"

Pair Jantungku JAYWON [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang