Kejadian Hari Senin

65.3K 4.4K 2.2K
                                    

Panas lumayan terik, jalanan ramai berbagai kendaraan yang berlalu-lalang serta para pejalan kaki yang masing-masing melangkah dengan kecepatan sibuk mereka. Ada yang santai sembari mencari tempat makan, ada yang terburu-buru dengan tujuan mereka sendiri.

Didalam kafe Febri tengah menulis rangkuman materi yang tengah ia salin dari buku Anggun.

Mereka berdua memutuskan untuk keluar mencari udara segar dibanding harus mengerjakan di rumah.

Jadilah salah satu kafe yang menyediakan wifi gratis menjadi tempat mereka berada. Diatas meja sudah berserakan buku dengan alat-alat tulis lainnya.

Febri juga sembari mengerjakan tugas yang ketika nanti dia masuk bisa langsung dikumpulkan ke ruang guru. Sedangkan Anggun sedang mengisi soal LKS.

Jangan tanya soal semalam, dia sungguhan malu tapi sepertinya Anggun tidak punya urat malu. Anak itu memutuskan untuk menginap di rumahnya, dan semalaman penuh tidak berhenti untuk menggodanya.

Terus bertanya siapa yang paling enak, siapa yang paling memuaskan, siapa yang paling jago, dan bla bla bla yang lain. Lalu Anggun menginginkan live seperti itu lain kali. Dia suka namun tetap tidak merasa terangsang.

Febri langsung memakinya gila.

"Mau pesen lagi gak?"

Febri mengalihkan pandangan, kegiatan menulisnya berhenti sejenak.

"Kayaknya enggak. Duit gue abis. Ibu sama ayah kan pulangnya entar malem."

Anggun terkekeh pelan, "lo punya atm berjalan sampe empat kenapa gak di manfaatin?" Alisnya bergerak naik turun.

Febri langsung mendengus, dia membanting pelan pulpennya lalu menyenderkan punggungnya. Ia bersidekap dada menatap datar Anggun yang senang sekali dengan ekspresinya.

"Sekali lagi lu ngebacot gue gampar ampe botak, Gun. Sumpah, gue gak boong."

Anggun tertawa renyah, dia suka sekali ekspresi sewotnya Febri.

"Ayolah, kapan lagi lo punya temen sepengertian gue?"

"Oh, iya bener. Lu perhatian banget sampe bulu jembut mereka pun lu tanyain. Hebat, salut gue sama lo." Lalu Febri mendecih kasar.

Kali ini Anggun tertawa ngakak sembari bertepuk tangan. Dia tidak mengindahkan beberapa pengunjung kafe yang menatapnya aneh. Sedangkan Febri harus mendesis geram.

Sungguh, jika ada kesempatan dia ingin menjahili Anggun untuk ia umpankan kepada si ketua osis.

Cih, awas aja lu!

"Oh, lo gak mau kasih jatah sama yang satunya?"

Anggun masih berulah setelah puas tertawa barusan. Mata Febri langsung melotot untuk memperingati.

"Aaahhh, gue paham. Lo jangan pilih kasih, dong. Kasian itu yang satunya. Kemarin aja bagi-bagi buat bertiga yang satunya dilupain. Tega lu."

"Astaga." Febri memejam kesal, mencoba sabar walau sudah ia ancam Anggun berkali-kali.

Temannya ini seolah tidak mempan dengan ancamannya apalagi hanya sebatas ucapan. Dia mendesis panjang. Mata Febri bergerak kearah pintu kafe yang baru saja terbuka.  Alisnya sedikit bergerak dan ia tahan untuk tidak tertawa.

Entah ini kebetulan atau memang kafe ini satu-satunya bisa menjadi tujuan.

Bisa ia lihat ada Riza yang barusan masuk dengan tentengan tas laptop juga topi yang sedikit menghalangi wajah. Hanya saja Febri sangat mengenalinya. Lelaki itu terlihat mendatangi konter pemesanan.

Anggun tidak mungkin lihat karena duduk membelakangi pintu

Bibirnya berkedut ingin tertawa, ia tahan dengan deheman yang keluar.

Pemuas MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang