Lingkaran Hidupnya

56.9K 2.6K 229
                                    

Lima menit sebelum bel istirahat berdering, Febri keluar dari ruangan uks. Meninggalkan keempat pemuda yang sudah ia ancam agar tidak keluar secara bersamaan.

Langkahnya lumayan cepat untuk sampai ke kelasnya berada. Sampai dimana beberapa langkah lagi menuju pintu, bel berdering begitu nyaring mengagetkannya.

Febri bahkan sampai mengelus dada. Ketika sedang melakukan itu, pintu kelas terbuka menampilkan sosok wali kelas yang akan berjalan keluar.

Keduanya sama-sama tersentak kaget.

"Febri! Ngapain kamu disitu?"

"Maaf, Bu. Saya baru dari uks, tadi gak masuk soalnya sakit."

Si wali kelas mengangguk, "iya, surat izinnya juga ada. Tapi kamu baik-baik aja? Muka kamu masih pucet gitu."

"Baik kok, Bu. Kayaknya makan bakso pedes seger lagi."

Si wali kelas tertawa, menepuk pelan lengan Febri lalu menyuruhnya masuk. Saat melangkah kedalam semua teman-temannya memandangi dirinya dari bangku masing-masing.

"Eh, Fe. Lo kuat jalan?"

Febri berkacak pinggang sambil melotot, "lu kira gue habis ngelahirin?! Cuma puyeng dikit gak masalah." Katanya lalu berjalan kearah mejanya berada.

Semuanya temannya terkekeh pelan, ketua kelas mereka memang bersumbu pendek.

"Dan elo kemana gue cariin kagak ada? Uks ditahan sama Kak Jayendra dan kawan-kawannya, sedangkan uks pengganti kosong melompong!" Kania langsung memberondongnya dengan segala perkataan. Sedari tadi gadis itu tak kuasa menahan rasa penasarannya.

"Maapin, gue kabur ke gudang alat olahraga. Bobo cantik disana." Dia menampilkan senyum kotak, dalam hati Febri meringis karena alasan ini sudah ia persiapkan sedari tadi.

Tapi untungnya Kania mengangguk percaya. Masuk akal memang. Apalagi gudang alat olahraga memang tempat yang pas untuk membolos.

Satu persatu orang-orang keluar menuju kantin guna mengisi perut mereka. Begitu juga Febri yang memang diseret Kania serta Cindy untuk segera ke kantin supaya masih bisa mendapatkan meja.

Untungnya belum terlalu penuh, Puji yang sudah terlebih dahulu duduk segera melambaikan tangan menyuruh mereka segera bergabung.

Meja kantin itu tipe meja yang panjang, diisi 10 orang dengan 5-5 saling berhadapan. Mereka mengisi meja di jajaran kedua dari sebelah kanan pintu kantin. Ada 4 jajar meja dengan 7 memanjang kebelakang.

"Mau pesen apaan?" Tanya Kania sebelum melangkah menghampiri Puji. Dia yang mer

"Siomay aja." Jawab Cindy. "Minumnya teh botol."

"Kalo gue mie ayam ajalah, minumnya air putih yang ada di meja aja." Jawab Febri.

Kania mengangguk, dia langsung menghampiri pedagang dengan pesanan makanan masing-masing temannya setelah diberikan uang.

Sedangkan Febri dan Cindy berjalan menuju meja dimana Puji berada, disana juga sudah ada Silvia dan Arin. Sisanya kelas satu yang sudah lebih dulu duduk disana.

"Beneran baikan lo, Fe?" Tanya Arin.

Febri mengangguk, tangannya meraih satu botol air mineral yang sudah tersedia di meja. Meneguknya dengan rakus seakan baru bertemu air minum.

"Untung kagak ada tugas dua pelajaran tadi." Sambung Arin lagi.

Febri mendesah lega kala tenggorokannya teraliri air, rasa seratnya hilang sudah.

"Sialnya, gue belum hapal puisi buat mapel Perancis." Timpal Febri, lalu mendengus kasar.

Yang lain terkekeh pelan, "sama." Jawab mereka kompak.

Pemuas MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang