Diajak Ke SeaWorld

27.5K 2.2K 564
                                    

Hai??
Hehe

****


Hari minggu ini Febri hanya akan bermalas-malasan di rumah. Selesai membantu sang ibu beres-beres ruangan di kamar sebelahnya, Febri hanya punya niat untuk menonton tv saja. Sedangkan ibunya akan berbelanja bahan makanan di warung sekalian bergosip katanya.

"Haah.. mau ke si Anggun takut orangnya gak ada. Nopenya gue gak tau lagi." Lalu mencebik setelah bergumam barusan.

Matanya melirik jam dinding yang masih menunjuk pukul 8 pagi. Hanya lewat lima menit saja, dan itu artinya ini masih benar-benar masih pagi. Dia merasa malas memainkan ponsel sebab jika ia memegang benda pipih itu Jayendra pasti akan terus menerus meneleponnya seakan tidak putus asa sebelum ia angkat.

Jelas menyebalkan lah, sedang enak-enak streaming tapi terganggu karena kelakuan si tuyul paling bongsor itu.

Kakinya melangkah pelan menuju teras. Segarnya para tanaman hias milik sang ibu yang baru saja di siram begitu memanjakan mata, Febri menghirup napasnya dalam-dalam mengais oksigen sebanyak mungkin.

"Oy!"

Febri menoleh ke arah kanan. Di sebelah rumahnya, tepatnya di halaman samping rumah milik Bude Darmi ada sosok Fika yang sedang berdiri sembari berkacak pinggang. Anaknya Bude Darmi itu sudah rapi seakan sudah bersiap mau pergi.

"Weh, cantik bener. Mau ngedate sama om-om yang mana, nih?" Febri tersenyum lebar menampilkan gigi-giginya yang rapi.

Fika berdecih sinis menatap datar Febri. Berminggu-minggu tidak bertemu ternyata kelakuan anak ini masih sama menyebalkannya.

"Waktu lo kosong gak?" Tanya Fika.

"Banget, gue mau ngelamun abis ini. Emang kenapa, Kak?" Tanya Febri.

Fika menjentikkan jarinya, "bagus, sono ganti baju. Dandan yang rapi. Entar gue kasih rompi khusus."

"Ngapain?" Tanya Febri lagi, keheranan.

"Ikut gue ke Ancol, kita ke SeaWorld. Gue lagi kerja bakti sosial di panti jompo. Ada acara dan para orang tua itu minta ke SeaWorld buat acara terakhiran kita di sana. Tapi kita kekurangan orang buat jagain para orang tua itu." Jelas Fika.

Mulut Febri menganga sembari otaknya berpikir keras.

"Panti Jompo? Ke SeaWorld? Yang bener ajalah!"

"Serius, Fe! Salah satu orang tua itu pengusaha kaya. Dia yang biayain kita semua buat ke sana. Asli, kita antusias tapi kita kekurangan orang."

Febri tidak langsung menjawab, keningnya berkerut dalam-dalam seraya berpikir.

"Butuh berapa orang, Kak?" Tanya Febri.

"Empat boleh, kalo kebanyakan gak enak juga, sih. Atau dua aja, ajak temen lo dua lagi." Jawab Fika.

Bibir Febri tersenyum miring lalu terkekeh serak, "gak usah dua, gue undang empat aja. Ini orang-orangnya pengangguran gak ada kerjaan. Kalaupun suruh bayar juga gak masalah. Bentar, gue teleponin mereka dulu sambil ganti baju. Lo tungguin ya, Kak!"

Fika baru saja membuka mulutnya akan menjawab tapi Febri sudah berlari masuk ke rumah. Terdengar pekikan gadis itu seolah lebih antusias di banding dirinya. Tapi setelah itu dia hanya menggedikkan bahu merasa itu lebih bagus karena artinya dia dan teman-temannya tidak akan kekurangan orang. Hanya saja 10 menit lagi dia harus sudah ada di panti jompo.

"JANGAN LAMA, FE!" Teriaknya keras.

Di dalam kamar Febri mendengar jelas suara Fika. Dia sedang me-loudspeaker panggilan di grup dengan empat pacarnya.

Pemuas MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang