SeaWorld dan Akhirnya

27.7K 2.2K 748
                                    

Mobil terparkir rapi di tempat yang seharusnya. Saat mereka keluar Gio dan Jayendra segera menghampiri.

"Dari mana aja? Kenapa lama? Lo berhenti beli apa dulu?" Tanya Jayendra cepat.

Febri segera merubah ekspresinya menjadi ceria.

"Maaf, tadi ada insiden kecil." Jawabnya santai.

Jayendra dan Gio melotot, keduanya menoleh bersamaan pada Kevin yang baru saja keluar.

"Lo apain yayang gue?!"

Kevin mengernyit tidak paham, matanya melirik Febri yang masih tersenyum tanpa beban.

"Lo bisa nyetir gak, sih?!"

Kevin mengerjap semakin heran saat bahunya di dorong oleh Gio.

"Bisa, kan ini juga nyampe." Jawabnya.

Gio mendengus kasar, "untung cewek gue gak kenapa-kenapa!" Sewotnya sembari melengos.

Gio beralih menghampiri Febri meninggalkan Kevin yang masih bertanya-tanya. Mengecek dari kepala sampai kaki. Febri diam saja saat badannya di putar ke kanan dan ke kiri beberapa kali.

"Duh, Kak. Udah, udah. Gue gak kenapa-kenapa."

Febri menghentikan gerakan Gio, dia memberikan senyum penuh keyakinan. Lagipula insiden yang ia maksud adalah pertengkaran bukan kecelakaan.

"Kak Fikanya mana?" Tanya Febri sembari celingukan.

Sebelum dijawab yang lain matanya sudah menemukan Fika yang sedang berdiri dengan rombongan orang tua dan juga teman sejawatnya. Febri melambaikan tangan dengan senyum ceria.

Sedangkan di sisi Fika tengah meringis malu. Mulai dari dirinya turun mobil sampai menunggu Febri datang, mereka sudah menjadi sorotan. Fika sudah di berondong berbagai pertanyaan oleh teman-temannya. Apalagi saat Febri muncul begini, tatapan tajam yang lain sudah menghunus padanya.

"Y-ya... Gitulah." Fika meringis lalu cengengesan bodoh. Fika segera berdehem mengkode Febri dan empat laki-lakinya agar mendekat dan tidak menjadi pusat perhatian pengunjung lain.

"Maaf semuanya tadi saya telat, tapi saya bawa tambahan orang untuk membantu para orang tua ini agar tidak terlalu kerepotan. Uhmm.. yah, seperti yang kalian lihat, satu perempuan dan empat laki-laki yang saya bawa. Selebihnya untuk tugas menjaga siapa-siapa saja saya serahkan pada Maydin." Ucap Fika lalu serentak semua orang menatap perempuan berponi dengan kuncir kuda yang berdiri tepat di sebelah kiri Fika.

Maydin yang secara tiba-tiba disebut sedikit gelagapan lalu berdehem untuk menyingkirkan kecanggungan.

"O-oh, untuk tambahan orang yang hadir tinggal jaga empat orang tua lagi, jadi satu dari kalian bisa jaga dengan seseorang lainnya. Selain itu tiket sudah disiapkan dan kita tinggal masuk saja. Ingat untuk tetap terus menuntun para orang tua walau mereka tidak memakai tongkat bantuan. Jangan jauh-jauh dari orang tua dan tanyakan setiap saat keadaan dan kebutuhan yang mereka inginkan. Kalau sudah siap kita langsung masuk saja." Jelas Maydin.

Semua orang mengangguk paham dan langsung merangkul para orang tua yang sepertinya sudah tidak sabar ingin masuk ke dalam. Bahkan ada beberapa yang berjalan cepat sendiri membuat para remaja kuliahan itu kalang kabut panik. Mereka langsung menuju loket antrian untuk menyerahkan tiket.

Sedangkan Jayendra, Gio, Kevin, dan Liam saling pandang kebingungan. Lain halnya dengan Febri yang langsung meraih lengan salah satu kakek agar ia tuntun dalam jalannya. Mereka berempat yang melihat itu segera bergegas mendekati Febri berebut untuk menuntun lengan sang kakek yang masih kosong, namun Liam yang menang dan membuat tiga lainnya memandang datar Liam yang tersenyum penuh kemenangan.

Pemuas MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang