Hari Senin

20.7K 1.7K 236
                                    

Febri tersenyum lebar melihat Anggun yang memasuki kelas. Seminggu tidak melihat gadis itu rasanya antusias sekali.

"Gun, lo sehat?"

Febri berdiri dari duduknya menghampiri Anggun.

"Hm. Dua cowok lo lagi bikin keributan di koridor depan." Dagu Anggun menggedik pelan.

"Biarin aja. Gue lerai yang ada kena tonjok entar." Jawab Febri acuh.

Anggun mendengus tangannya mengeluarkan ponsel dari dalam tas.

"Kemana aja lo seminggu ini?" Tanyanya pada Febri yang kini duduk di kursi depan mejanya.

"Ada, gue sibuk sama mereka. Lo yang kemana?" Tanya Febri balik.

"Gue juga sibuk. Kemana hape lo gak aktip udah semingguan ini?"

"Rusak anjir, kehujanan. Tapi gue dapet yang baru, lebih mahal. Hasil ngerengek sisi jalan." Febri memperlihatkan ponsel mahalnya yang ia dapat dari Kevin. Wajahnya bangga dengan alis naik turun berkali-kali.

Anggun mendengus melihat senyum angkuh sang teman.

"Bagus, lah. Biar mereka bermanfaat."

Febri terkekeh pelan, "tapi gue gak bakalan minta nope lo atau gabung lagi di grup kelas."

"Kenapa?"

Febri menggeleng lalu terkekeh lagi, "sengaja biar lo semua nyariin."

Anggun tidak bereaksi sama sekali, dia hanya diam menatap Febri dengan pandangan lurus. Terlihat sekali jika alasan yang Febri berikan sangatlah janggal. Apalagi ia tidak bertanya ke arah sana. Ia yakin Febri menutupi sesuatu.

"Ada, lah. Nanti lo juga tau sendiri." Febri mengibaskan tangannya melihat Anggun yang seperti tidak percaya.

Anggun mengangguk untuk memberikan respon. Kebetulan di kelas hanya ada 5 orang. Tiga lainnya baru laki-laki dan perempuan hanya ada mereka. Murid kelas mereka memang terkenal ngaret.

"FEBRI!"

Satu kelas tersentak kaget mendengar Kania yang baru saja datang langsung berteriak dengan suara cempreng yang menggelegar.

Gadis itu berlari sembari merentangkan tangannya menuju tempat duduk Anggun lalu memeluk Febri dengan sekali hentak.

"Duh, gue jatoh nih entar!" Badan Febri terhuyung ke depan sebab Kania memeluknya dari belakang.

"Lu kemana aja, sih?! Mentang-mentang punya pacar jadi lupa sama gue! Hape lo gak aktip, tiap gue ke rumah gak ada siapa-siapa. Biasanya juga kita gabut bareng di kafe nyari wifi gratis. Ini di hubungi aja gak bisa! Nyebelin banget tau gak!"

Febri meringis mendengar cerocosan Kania. Kepalanya mengangguk dan tangannya menepuk-nepuk lengan Kania yang melingkar di lehernya.

"Maaf, maaf.. hape gue rusak dan gue emang jarang di rumah kalau siang."

Kania mencebik, dia melepaskan pelukannya lalu berdiri dengan sedikit hentakan di kaki.

"Bagi cowoknya satu dong buat gue. Biar gue juga ada kegiatan entar." Kania merengek.

Febri tertawa mendengar ucapan Kania lalu berbalik dan sedikit mendongak untuk menatap wajahnya.

"Jangan, enak aja. Susah payah itu dapetinnya. Nanti aja kalo gue bosen baru boleh buat lo." Ucap Febri lalu kembali tertawa.

Kania mendecih, sekali lagi dia ribut merecoki Febri dengan segala keluh kesah dan cerita satu minggu kemarin. Keduanya bahkan melupakan Anggun yang hanya diam menyimak pembicaraan.

Pemuas MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang