Kevin

30.9K 2.5K 726
                                    

Febri menatap air hujan yang tengah turun dengan deras dari kaca jendela kamar motel. Sudah lebih dari 10 menit ia melakukan itu, membiarkan lelaki jangkung yang tadi menariknya ke dalam kamar sedang merengut kesal diatas kasur.

Sudah berkali-kali ia dengar jika Jayendra mendengus kasar. Atau terlihat dari ujung matanya kalau Jayendra mengusak rambut hingga tak berbentuk.

Itu karena Febri meruntuhkan imajinasi liar milik Jayendra yang sedang membumbung tinggi dengan alasan jika ia sedang datang bulan.

Alasan bohong itu bisa berefek sangat mujarab menghentikan kemesuman Jayendra yang akan mendorongnya keatas kasur. Laki-laki itu bahkan mengerang kesal karena tidak sempat mengajaknya berciuman sebab Febri sudah menjauh duduk di kursi dekat jendela.

Menghiraukan keadaan suram Jayendra, atau tak mengindahkan keberadaan lelaki tersebut. Febri acuh tak acuh, lebih ke malas karena Jayendra tetap memintanya menggunakan mulut atau tangan. Febri tentu saja menolak keras.

"Yang!"

Febri menoleh saat Jayendra berseru. Kedua alisnya terangkat seolah bertanya ada apa.

"Udah disini, loh!" Katanya kukuh.

Febri menggedikkan bahunya, "yang lain aja. Apa kek, nyanyi atau nari. Lebih seru yang begitu."

"Lo pikir kita lagi lomba? Gak mau ah!" Jayendra memukul kasur dengan keras.

"Terus? Kan gue lagi merah, lo mau sosis lo kena saos?" Tanya Febri santai.

Jayendra mengerang lagi, kakinya kelojotan menahan kesal.

"Apa, sih?! Perasaan Kak Kevin yang manja gak begitu banget." Sinis Febri.

Jayendra mendelik, "lo samain gue sama si Kevin?"

"Iya, kenapa emangnya? Gak suka? Kak Gio aja manjanya gak gitu. Apalagi Kak Liam, dia bahkan gak manja sama sekali." Febri mencebik sinis setelah mengatakannya.

Rasa kesal Jayendra semakin mendidih, tangannya mengepal menahan amarah. Ia beranjak mendekati Febri, berdiri menjulang didepan gadis itu, menunduk untuk menatap yang kini sedang mendongak heran.

Febri menghela panjang, "kenapa, hm? Gitu aja mau marah? Kak Jay bisa tanya Kak Gio, gue sama dia ngelakuin apa enggak."

"Tapi lo sama Liam iya." Jawab Jayendra cepat.

"Kata siapa?" Febri mengernyitkan kening.

"Liam pamer tanda merah dari lo itu gak mungkin cuma-cuma."

Febri mendengus geli, masih dengan mendongak matanya bergerak menelusuri tubuh Jayendra sampai berhenti di pangkal paha, benda itu menggembung tepat didepannya.

"Makanya jangan mikir kesana terus, gak bisa gak mesum kalo sama gue apa? Mikirnya yang positif jangan selangkangan aja yang lo inget." Febri mendengus malas, ia menyender untuk menjauhkan wajahnya dari milik Jayendra.

Mata tajam Jayendra memicing wajahnya masih menampilkan ekspresi marah. Ia membungkuk dengan tangan kiri yang berpegangan pada kursi dan tangan kanannya meraih dagu Febri agar kembali menatapnya.

"Lo..lama-lama nguji kesabaran gue, ya." Desisnya, nada itu masih teramat kesal.

Alis Febri bergerak pelan, bibirnya menyunggingkan senyuman miring.

"Kenapa? Lo beneran gak suka? Kalo emang udah diujung tanduk silahkan sewa jalang. Gue bakalan tetep duduk sebagai penonton. Sesuai kata lo, terlanjur udah disini."

Jayendra menghempaskan dagu Febri sampai kepala itu menoleh ke kiri. Masih dengan desisan ia berbalik untuk menendang sisi ranjang dan menggeram kesal. Tanpa menoleh kebelakang Jayendra berjalan keluar diiringi aura hitam yang membumbung tinggi.

Pemuas MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang