Pertemuan Yang Tiba-tiba

61.9K 3.7K 924
                                    


Aku kangen komenan kalian coba...


*****

Kegiatan tidur indahnya terusik lantaran suara ribut beserta erangan yang terus mengganggunya. Febri mengernyit lalu membuka mata secara perlahan. Segenap rasa pegal, perih, sakit dan remuk redam menyerangnya dengan dadakan.

Bahkan hanya untuk menggerakkan tangan saja rasanya sulit sekali.

Arrgh!

Kepala Febri bergerak untuk melihat pintu, terdengar seseorang mengerang beserta suara ribut yang menyusul. Keningnya sedikit mengernyit. Karena penasaran dia bangun, benar-benar secara perlahan sampai sendinya berderak terdengar.

"Sshhh.." Febri meringis ngilu, pinggangnya serasa mau patah serta selangkangannya yang perih. Belum lagi kedua putingnya yang ngilu.

Yang pertama kali ia lihat kondisi kamar Kevin adalah baju-baju mereka yang semalam berceceran seolah terbang oleh angin.

Febri mendengus melihat sobekan bungkus kondom didekat kakinya Lumayan banyak tapi Febri tidak mau menghitungnya.

Arrghh!!

Febri bangun, berjalan terseok menuju pintu. Ketika membukanya ia disuguhi adegan action, dimana Liam tengah menduduki dada Kevin dengan kepalan tangannya yang sedang meninju wajah lelaki itu.

Febri meringis, aura Liam benar-benar menyeramkan. Lalu ia melihat Gio yang panik sendiri menghentikan Liam.

"Li, Li. Udah Li, bentar lagi koit tuh anak."

Tapi Liam tidak peduli, walau Kevin bersimbah darah tetap kesalnya masih ada. Amarahnya masihlah memuncak tinggi. Apalagi saat melihat bagaimana mengenaskannya Febri.

Kevin memang tidak memberikan jejak apapun di kulit gadisnya. Hanya saja saat ia bangunkan Febri dia panik sendiri sebab tidak ada respon apapun.

"Kak Liam.." panggil Febri. Suara seraknya membuat mereka menoleh.

Gio menatap Febri antusias namun baru saja satu langkah kerah belakangnya di tarik kuat hingga ia terjungkal. Pelakunya tentu saja Liam yang kini berlari memeluk Febri.

"Ugh, kakak baru bangun dari kemarin itu?" Tanya Febri, dia melihat baju seragam Liam yang masih menempel sama persis seperti kemarin. Begitu juga dengan Gio.

Liam tidak menjawab, hanya melingkarkan tangan kanannya di pundak Febri, sedikit meremas dengan napas yang masih memburu. Kepala Liam menunduk, napas hangatnya menerpa telinga Febri sedangkan tangan kirinya mengepal kuat disisi tubuhnya.

Febri melirik dimana Gio sedang mengumpat tertahan berusaha bangun sedangkan Kevin yang tidak jauh sedang diam menatap langit-langit. Febri meringis melihat luka yang dialami Kevin. Sepertinya Liam tidak main-main jika sedang melampiaskan amarah.

"Gue gak apa-apa kok." Ucap Febri, mengelus pelan punggung Liam memberikan ketenangan.

Liam masih tidak menjawab tapi pelukannya mengerat, seolah Febri tidak diperbolehkan untuk bergerak sedikitpun.

Febri tersenyum tipis mendapatkan perlakuan seperti itu.

"Gue mau mandi dulu, Kak." Katanya, sembari menepuk satu kali punggung Liam.

"By."

Febri menoleh, menatap Gio yang merengut sebal. Suara lelaki itu lumayan tidak terlalu parah seperti kemarin namun masih terdengar sedikit serak.

"Iya, Kak Gi?"

Febri mencoba menjauh satu langkah mundur tapi Liam malah maju. Alhasil Febri hanya berdecak dan membiarkan tubuhnya di peluk erat.

Pemuas MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang