Jayendra Melebihi Ekspektasi

66.3K 3.9K 1.4K
                                    

Liam mendengus malas ketika semua orang tengah terkejut dengan tindakan Jayendra. Matanya menatap Febri yang masih melotot kaku lalu beralih memindai sekitar.

Liam berdecak pelan, dia juga ingin melakukan hal seperti. Mungkin dilain hari dirinya akan mencium lebih dari sekedar lumatan didepan semua orang. Lihat saja nanti.

Kakinya ia gerakan untuk mendekat. Hanya saja sebelum dia menerobos kerumunan perempuan itu, Febri sudah bergerak mendorong Jayendra. Gadis itu langsung menunjuk wajah senyum puas milik temannya.

"Ngapain lo, hah?! LO MAU BUAT GUE DI KELUARIN DARI SEKOLAH?!" Teriak Febri menggelegar. Matanya melotot penuh dengan urat leher yang terlihat.

Jayendra menggeleng, "mau minta maaf, kitten."

"Lo sinting?!"

"Iya, gue sinting, gue gila karena lo! Jadi gue minta maaf. Feee.. Maafin omongan gue yang waktu ituu.. Ya ya?"

Febri mendesis marah, melihat kedipan polos yang dilakukan Jayendra membuatnya geram setengah mati. Matanya melirik sekitar, sudah bisa ia tebak jika dirinya akan menjadi bahan gosip panas. Bahkan beberapa sudah menunjuknya secara terang-terangan.

Lalu menoleh pada Anggun yang sedang menahan tawa. Kenapa temannya ini menyebalkan sekali, sih?!

"Maafin kan sayang?"

Febri mendelik tajam, rahangnya menguat menahan gemeletuk gigi. Rasanya dia ingin meledak sebentar lagi.

Disaat ia jaga-jaga pada tiga yang lainnya untuk tidak mendekat di sekolah, Jayendra malah menciumnya di tengah koridor. Wah, itu bagus. Febri bisa lihat bagaimana dirinya di hari-hari kedepan.

Belum lagi punggungnya sudah hampir bolong dipelototi seseorang. Siapa lagi kalau bukan Nadin.

"Lo mau gue maafin?" Ucap Febri rendah.

Jayendra mengangguk berkali-kali dengan senyuman lebar, dia tidak takut dengan pelototan marah Febri karena merasa lucu, begitu juga bisikan orang lain karena dirinya sedang merasa bangga. Apalagi dia bisa melihat wajah keruh Nadin. Oh, dia suka sekali. Akan ia pastikan perempuan itu tidak lagi mengganggunya dan sekarang ia bebas mendekati Febri dimana pun yang ia mau.

"Membungkuk."

Jayendra mengerjap, "huh? Apa sayang?"

Febri menahan desisan kesal, Jayendra sengaja sekali menyebut sayang menggunakan nada keras.

"Membungkuk Kak Jay, lo tau membungkuk kan?"

Febri tersenyum manis. Membuat Jayendra mengangguk antusias.

Yang lain kembali memekik kaget melihat Jayendra dengan mudah melakukan hal yang Febri minta. Tapi Anggun dan ketiga lainnya sedang berkerut heran. Mereka paham itu sesuatu yang aneh apalagi melihat ekspresi Febri.

Febri ikut membungkuk walau tidak sepenuhnya, dia hanya akan berbisik pada Jayendra.

"Lo mau gue maafin setelah buat gue malu? Setelah ini buat gue jadi bahan bully? Bahan gosip? Lo masih mau maaf dari gue hm sialan?"

Wajah Jayendra mendongak untuk menyangkal tapi ia berhenti saat melihat Febri tersenyum miring.

"Gak akan, Jayendra." Bisik Febri tepat didepan telinga Jayendra.

Yang dibisiki malah menegang kaku dengan darah diseluruh tubuhnya mengalir begitu cepat. Jayendra tidak begitu memperhatikan apa yang akan Febri lakukan.

"Rasakan tendangan Tsubasa ini dari gue, sialan! Hiyya!"

Febri menegak dengan cepat, mengangkat lututnya sampai beradu pada hidung Jayendra. Lelaki itu langsung jatuh bersimpuh dengan erangan keras juga tangan kanan yang menutup hidung.

Pemuas MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang