Salahkan jika aku berharap untuk didengarkannya, walau hanya cerita singkat.
*
*
*
Javas Waradana
*
*
🗡️🗡️🗡️🗡️🗡️
"Hari ini Nayyala pindah ke sekolah yang sama kaya kamu. Kamu samperin dia dikelas 11 IPPA 3,"
"Buat apa?"
"Samperin aja dulu! kasih perhatian dikit,"
Javas memutar bola matanya jengah teringat kata-kata yang diucapkan ayahnya, ralat perusak hidupnya. Dia benar-benar membenci ayahnya, terlalu berlebihan tapi nyatanya Javas seperti itu. Javas seperti itu dengan alasan ayahnya telah menjauhkan dia dengan ibunya, menjodohkan dia dengan cewek yang dia tak sukai. Itu baru sedikit hal yang membuatnya membenci sosok Sanjaka Waradana, yang sayangnya itu ayah kandungnya.
"Vas!" panggil Kavy dengan menepuk bahu Javas.
Javas tersentak dari lamunannya. "Lo kira gue Vas bunga apa!" kesalnya pada Kavy yang berdiri disampingnya yang membuat ke-empat temannya bingung, sikembar yang tadi masih duduk menghadap depan sekarang mereka mengubah posisi duduk menghadap Javas bangku belakamg mereka.
Kavy hanya terkekeh melihat temannya yang sedang kesal, sedari tadi Kavy melihat Javas yang duduk termenung dibangkunya. Jadi dia inisiatif menghampirinya, takutnya Javas kesurupan setan. "Javas lo kenapa?"
"Kesel gue!"
"Lo kesel mulu! heran, napa lo?" tanya Aksay.
"Soal cewek itu!" tebak Ishara dan Javas mengangguk mengiyakan tebakan Ishara. Ishara menepuk pelan bahu kiri Javas. "Tenang lo temuin aja dulu," menghela nafas pelan sejenak lalu melanjutkan katanya. "Siapa tau kalo lo nuruti kemauan bokap lo dia mau nuruti lo,"
Javas menghela nafas pelan dia hanya menunduk ketika Ishara menasehatinya lalu menatap satu persatu ke-empat temannya yang memang sedang menatapnya.
"Terus perasaan lo gimana?" tanya Kavy hati-hati.
"Gue nggak pernah ngandalin perasaan gue. Logikanya gini, gue di jodohin sama orang yang sama sekali gue nggak kenal terus bagaimana cewek itu? dia kenal gue? enggak kan? sama lah kaya gue. Emangnya dia mau sama gue yang memang dia nggak kenal," ke-empat temannya hanya diam.
"Semua hal harus gunakan logika bukan perasaan,"
.
"Kak javas ngapain disini?" tanya seorang gadis pada Javas ketika dia sampai didepan kelas yang terdapat papan kayu berbentuk persegi panjang bertuliskan 11 IPPA 3 diatas pintu disisi kiri.
"Yang penting bukan nyariin lo!" sarkasnya pada gadis didepannya, gadis yang berpenampilan kaya anak TK.
Gadis itu Sadya gadis penyuka coklat, berdiri di ambang pintu berniat ingin ke kantin saat jam istirahat sudah berbunyi tetapi saat hendak keluar empat cowok tampan yang merupakan kakak kelasnya berada didepan pintu kelasnya seperti sedang menghadangnya. "Jutek amat,"
"Ada murid baru nggak disini?" tanya Javas pada Sadya dan Sadya hanya mengangguk. "Siapa?"
"Nayyala," jawabnya singkat.
Javas mengedarkan pandangannya mencari orang yang dia cari. "Mana orangnya?"
"Tuh dibelakang," tunjuk Sadya ke arah belakang yang terdapat cewek munyil yang sedang membaca buku di bangku paling belakang. "Emangnya kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lima Pandhawa [END]
ФанфикTenang adalah caraku untuk memahami semua apa yang terjadi di kehidupanku. [Ishara Yogaswara] Gila adalah satu kata untukku dan satu caraku menyembunyikan lukaku. [Javas Waradana] Pesona adalah aku yang selalu ingin menarik perhatian semua orang dan...