44. Inilah Akhir

37 2 0
                                    

Berawal dari inilah mereka berakhir dengan inilah akhir. Mungkin terdengar singkat dan kisahnya tidak rumit tapi butuh kesabaran untuk mencermati kisahnya.

*

🗡️🗡️🗡️🗡️🗡️


Di malam itu. Kavy sendiri, hanya sendiri. Setelah melihat orang yang dia cintai pergi meninggalkannya, dia hanya bisa terduduk lemah di sana. Merenungi kesalahannya. Berpikir tentang kesalahannya. Berpikir tentang kehidupan lalunya. Kepalanya sekarang dipenuhi dengan banyaknya pertanyaan, yang mungkin tidak ada seorangpun yang bisa menjawabnya kecuali tuhan yang memang menciptakan pikiran itu.

Kavy berpikir.

Apakah di kehidupan yang dulu dia adalah seorang pendosa, sampai di kehidupan sekarang dia harus mengalami kehilangan yang membuat hatinya luka? Apakah dia adalah manusia yang memiliki banyak kesalahan sampai takdir membuatnya hidup dengan kehilangan? Apakah takdir tidak ingin menghiasinya dengan kebahagiaan walaupun kebahagiaan kecil?

Kesalahan apa yang Kavy perbuat? Sampai kebahagiaan memiliki sahabat yang sudah terjalin lama harus hancur dengan ketidaktahuan. Kesalahan apa yang Kavy perbuat? Sampai kebahagiaan memiliki cinta yang berjuangnya saja perlu pengorbanan, harus hilang hanya karena kesalahpahaman. Kenapa cinta yang selama ini Kavy jaga harus hilang karena kedatangan seseorang? Mungkin Kavy pernah menghianati seseorang sampai harus dihianati secara mendalam. Mungkin!

Kavy pikir. Cukup. Sudah cukup! Masa kecilnya saja yang tidak berwarna, Kavy ingin di masa remajanya hanya dihiasi dengan kebahagiaan. Tapi apa? Sama saja seperti saat masih kecil. Hidup dengan kesendirian, menunggu seseorang datang mengasihani. Ya! Kesendirian memang selalu menghiasi hidup Kavy. Menunggu adalah hal biasa untuk Kavy. Dikasihani, mungkin itu lebih baik untuk Kavy karena jika ingin disayangi Kavy tidak bisa.

Tidak bisa! Iya tidak bisa. Karena sosok ibunya saja selalu sibuk bekerja. Bagaimana mau disayangi? Seseorang yang selalu ditunggu kedatangannya saja, tidak tahu akan datang kapan untuk menyayanginya.

.

Malam itu Kavy hanya bisa terduduk lemah di sana, duduk bersimpuh di atas lantai yang dingin. Menunduk dalam menatap kosong ke arah lantai di bawahnya. Di atap sebuah gedung tua, tempat yang menjadi saksi bisu orang yang dia cintai pergi dengan kekesalan dan meninggalkan luka dalam di hati Kavy. Sendirian. Kavy hanya sendiri, ditemani sinar rembulan yang cukup terang untuk menerangi Kavy yang kesepian.

Di dalam diam dia menangisi keadaan tapi entah mengapa air matanya tidak bisa keluar, mungkin dia sudah terlalu banyak mengeluarkannya dan habis untuk menangisi seseorang yang bukan miliknya.

Tiga orang sekaligus. 3 cinta sekaligus. Dalam satu hari. Dia harus kehilangan 3 cinta dalam satu hari. Sahabat. Cinta. Sosok ibu. Kenapa mereka harus pergi? Setelah kehilangan satu sahabat yang selalu bersamanya, apakah takdir harus membuatnya kehilangan yang lain?

"Gue mau keluar dari Vasíleio!"

"KAYANA ANAK KANDUNG MAMAH DAN KAMU BUKAN ANAK MAMAH, NGERTI!"

"Kita putus!"

Kalimat itu. Perkataan itu. Teriakan itu. Kavy ingin menghilangkannya tapi kenapa tidak bisa? Semua itu terus berputar di kepala Kavy sampai membuatnya tidak bisa mengendalikan amarahnya.

"AAAAGH!"

Kavy berteriak sekuat tenaga, berharap beban pikirannya berkurang walaupun kecil kemungkinan tapi setidaknya dia bisa mengeluarkan amarahnya. "AAAGH!" teriak Kavy lagi masih dengan menunduk, dada yang naik turun tak beraturan, nafasnya tersenggal, dadanya sesak, kepalanya berdenyut tak karuan, bahu lebarnya pun ikut bergetar. Mungkin jika Kavy terus begini dia akan sakit.

Lima Pandhawa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang