24. Penganalisis yang handal

22 3 0
                                    

Saat gue diam semua orang mengerti jika ada sesuatu yang aneh dari gue, gue selalu bisa merasakan keanehan terlebih dahulu dari yang lain tapi itu sulit dimengerti sama diri gue sendiri.

Itu sebabnya alih-alih tau apa yang akan terjadi nanti tapi malah baru sadar saat seperkian detik sebelum kejadian terjadi,

*

*

*

Kaivan Shankara

*

*

Untung saja mereka selalu ada untuk mengingatkan gue, gue benar-benar lemah untuk melakukan hal dengan cepat.

🗡️🗡️🗡️🗡️🗡️

Malam hari yang hanya mendapatkan cahaya lampu jalan ini sepertinya dirasa begitu lambat untuk dilewati.

Malam yang begitu dingin tanpa ada benda langit satupun disana, ditengah malam dijalan yang begitu sepi untuk dilewati manusia satupun tetapi anggota inti Vasíleio masih saja disana dengan berbagai luka di bagian tubuh mereka.

Untung saja Javas dan Aksay datang tepat waktu jika tidak anggota Agrios bisa melukai ketiga temannya lebih parah. Beberapa menit yang lalu terjadi perkelahian antara Lima Pandhawa Vasíleio dan Dario Dion bersama 50 anggotanya tanpa sang wakil Agrios Kayana.

Tapi hanya 5 orang saja bisa mengalahkan mereka dengan kecerdasan Ishara yang melumpuhkan 5 lawannya dalam sekali menyerang, dengan kekuatan Javas yang bisa mengangkat lawannya dan menjatuhkannya ke aspal, dengan kecerdikan Kavy yang mengalahkan musuhnya tanpa menyentuhnya hanya dengan menghindar dan menabrakan beberapa musuhnya mereka jatuh sendiri, dengan kecepatan Aksay yang berlari sampai mereka lelah sendiri dan dengan kepintaran Kaivan yang mengalahkan musuhnya dengan rumus fisika, reaksi dan aksi.

Mereka anggota Agrios pergi tidak ada yang tersisa, dijalan yang begitu panjang ini hanya ada Lima Pandhawa yang disana, mereka semua berdiri dengan tatapan tajam menatap jauh jalanan yang anggota Agrios tadi lewati untuk pergi dari mereka.

"Kalian nggak papa kan?" tanya Aksay yang khawatir pada ketiga temannya yang terluka.

"Lupakan!" jawab Ishara yang memiliki luka diwajahnya dan lengannya karena terlihat jaket yang ia kena-kan sobek dengan darah yang mulai mengering.

"Maaf gue . . . "

"Lo nggak salah!" potong Ishara saat Aksay ingin mengatakan sesuatu.

"Seharusnya gue nggak ceroboh ninggalin hp gue . . . "

"Gue yang seharusnya tau terlebih dahulu," celetuk Kaivan yang juga merasa bersalah, dia juga terluka di wajah dan perutnya juga terasa sakit akibat pukulan musuhnya, sudut bibirnya juga berdarah.

"Lupakan! kita semua tidak ada yang tau, yang pasti ada yang bajak ponsel Aksay," celetuk Javas yang sekarang sedang meredam amarahnya mengepal erat tangannya.

"Ada mata-mata disini," ujar Kavy, cowok tampan yang walaupun wajahnya terdapat luka goresan pisau itu masih saja terlihat tampan, dengan luka ditelapak tangannya akibat menghindar dari serangan pisau yang digunakan musuhnya.

"Seharusnya siapa yang hari ini jaga markas?" tanya Aksay.

"Ada beberapa anggota tim informant  dan anggotanya Javas," jawab Kaivan.

Lima Pandhawa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang