16. Kavy si penakluk hati

28 3 0
                                    

Sepeduli apapun diriku padanya tidak membuatnya peduli padaku.

*

*

*

Kavy Arsyanendra

*

*

🗡️🗡️🗡️🗡️🗡️


Sepi. Satu kata yang menggambarkan suasana rumah bernuansa gold itu saat Kavy baru masuk kedalam rumahnya. Itu sudah biasa dirasakan Kavy. Dia baru pulang dari markas, Kavy orang yang terakhir pulang dari markas karena temannya sudah pulang semua.

Pukul 10 lewat 15 menit ia sampai dirumahnya dia melangkahkan kakinya yang sedikit oleng, dia lelah. Dia sangat berharap ada seseorang yang menghentikan langkahnya dan menegurnya kenapa pulang terlalu malam tapi itu hanya hayalan karena sampai kapan pun tidak ada seorang pun yang akan menegurnya termasuk ibunya.

Ingin sekali dia menceritakan apapun yang sudah hari ini Kavy lewati pada ibunya, ingin sekali dia menghilangkan lelah yang di alaminya dengan tidur dipangkuan ibunya. Hal seperti itu yang selalu Kavy ingin rasakan. Memejamkan matanya sejenak menatap sekeliling rumah yang begitu dingin dan sunyi gelap seperti tidak ada kehidupan di rumah itu.

Suasana sangat sepi seperti ini sudah dipastikan ibunya sudah tidur atau belum pulang dari kantornya.

Kavy melanjutkan langkahnya menuju kamarnya dilantai dua, saat sampai dilantai dua dia melewati kamar ibunya yang terlihat pintunya sedikit terbuka. Dia sedikit melihat keadaan kamar ibunya dia membuka pintu perlahan dan sedikit melihat ke dalam kamar yang menampakan ibunya sedang tertidur pulas. Kavy menghela nafas pelan dengan sedikit tersenyum lalu kembali menutup pintu kamar ibunya.

Kepeduliannya tak mengubahnya menjadi seorang yang lebih hangat padanya. Sepertinya itu kalimat yang cocok buat ibu Kavy.

Setelah menutup pintu kamar ibunya dia melanjutkan langkahnya menuju kamar miliknya yang berada di samping kamar ibunya yang hanya berjarak beberapa meter saja. Masuk ke kamar meletakan tas ransel yang ia bawa di atas kasur lalu masuk ke kamar mandi berniat untuk membersihkan badannya.

Selang beberapa menit dia keluar dari kamar mandi setelah selesai membersihkan badannya. Terasa lebih segar sekarang tidak seperti tadi, sekarang dia hanya memakai celana pendek berwarna hitam dengan handuk yang ia lingkarkan di lehernya. Terlihat tampan walaupun hanya menggunakan celana pendek apalagi di tambah otot perutnya yang terekpos karena tidak mengenakan sehelai pun kain di badan kekarnya dengan rambut hitam legam yang basah menambah kesan bad boy-nya.

Kavy merebahkan tubuhnya setelah mengenakan baju menatap langit-langit kamarnya, menghela nafas panjang dengan pikiran yang sekarang sedang berkelana entah kemana. "Mah! apa Kavy ada salah . . . karena sampai sekarang Kavy seperti hidup seorang diri walaupun ada mamah di sekeliling ku," setelah mengatakan itu Kavy menghela nafas dalam. Memejamkan matanya mencoba merilekskan pikirannya sebentar.

Tanpa Kavy sadari ada sesosok wanita yang ada di balik pintu kamar Kavy menyandarkan tubuhnya lemah di balik pintu kamar Kavy. Terlihat wanita dengan surai hitam panjang itu terisak dengan apa yang ia dengar dari dalam kamar. "Kavy . . maafkan mama . . . tapi mamah hanya tak ingin kamu terluka." katanya dengan nada yang terbata-bata dengan isakan tangis pelan.

"Itu siapa?"

Wanita itu dengan cepat menghapus air matanya ketika terdengar suara dari dalam kamar, lalu dengan cepat dia pergi dari tempat itu.

Lima Pandhawa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang