25. Sebenarnya apa yang terjadi?

39 6 1
                                    

Sebenarnya gue nggak tau apa yang terjadi pada diri gue, gue nggak tau mana yang benar mana salah.

*

*

Kayana Putra Anggasta.

*

🗡️🗡️🗡️🗡️🗡️

unknown

Kayana ini gue Aksay

Ishara ketua Vasíleio minta lo sama kita ketemu buat misi perdamaian

Gue nggak tau lo setuju atau tidak, lo pikirin dulu, gue akan tunggu sampai besok malam

Waktu dan tempat lo bisa nentuin sendiri

Gue harap hanya lo yang datang

Lo tau maksud gue kan?


.


Untuk kesekian kalinya Kayana menghela nafas berat saat membaca pesan itu berulang kali yang dikirimkan oleh Informant Vasíleio yang membuatnya resah. Cowok yang sekarang duduk disofa ruang tengah markas Agrios itu belum atau tidak ingin membalas pesan itu yang dikirim kemarin, dia ragu, apakah dia harus menyetujuinya atau tidak?

Cowok tampan dengan wajah tegas yang mengenakan jaket berlogokan Agrios itu duduk sendiri dengan wajah khawatir memegang ponselnya yang selalu memperlihatkan room chat-nya bersama Aksay, dia tak peduli bagaimana Aksay sang Informant Vasíleio itu mendapatkan nomer ponselnya karena itu keahliannya.

Kayana menghela nafas lagi lalu menatap ponselnya, saat jam menunjukan pukul 8 malam dia akan menjawab pesan itu. "Baiklah gue setuju! gue setuju misi perdamaian ini. Gue wakil Agrios Kayana Putra Anggasta setuju menemui kalian di . . . "

"Kayana!" sebelum menyelesaikan katanya seraya mengetikan kata itu di room chat-nya, seseorang dari dalam ruangan menghampirinya dan langsung merebut paksa ponselnya. Dario.

"Dario jangan Dario!" teriak Kayana ingin merebut ponselnya kembali tetapi Dario menghindar, dia berdiri menghadap Dario yang memegang ponselnya.

"Lo mau bertindak tanpa sepengetahuan gue hah!" teriak Dario menatap tajam Kayana. "Untungnya mata-mata Agrios ngasih tau sebelum lo ngirim pesan pada mereka,"

Kayana menyerngit. "Mata-mata?" bingungnya. Lalu kembali ingin merebut ponselnya saat Dario sedang mengotak-atik ponselnya. "Maaf dario tapi . . . "

"Apa?!" potong Dario.

"Gue . . ."

"Biar gue yang selesaiin!" ucapnya tegas menatap Kayana tajam. "Gue nggak akan mau berdamai sama Vasíleio, lo ngerti!"

"Sampai kapan lo mau jadi batu, Dario!"

"Apa! lo takut?"

Mereka berdua kini saling menatap tajam satu sama lain. Kayana mengepal tangannya erat dengan dada yang naik turun.

"Bos ada kabar dari mata-mata kita,"

Suara itu membuat mereka berdua menoleh pada satu anggotanya yang memegang ponsel dengan earphone ditelinganya. "Hp informant Vasíleio tertinggal di markas, kita bisa buat rencana mengelabuhi mereka memberi pesan pada ketua Vasíleio,"

"Mata-mata, maksud kalian apa?" tanya Kayana bingung.

"Lo nggak tau kan?!" Dario tersenyum sinis. "Gue tau ini dari mata-mata kita yang tinggal diantara mereka dan lo sama sekali nggak tau tentang ini, gue tau kalo mereka menginginkan perdamaian dan lo yang diminta untuk datang!"

Lima Pandhawa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang