43. Akhir sebuah kisah

23 2 0
                                    

Tidak semua akhir cinta itu bahagia. Ada saatnya satu dari mereka harus ada yang merelakan cintanya.

*

🗡️🗡️🗡️🗡️🗡️
                       
   
       
       
   
          

              

"Gue nggak akan bisa sama Putri,"

.

"Maaf Kai! Aku nggak bisa nerima cinta kamu,"

          
            
          

*    
 

     

                  
                 
         

Flassback on
 

      
                  
                  
Beberapa jam yang lalu sebelum Kaivan dan Putri ke rumah sakit, terjadi sesuatu.

Putri dan Kaivan sudah berada di depan rumah Kaivan hendak pergi ke rumah sakit, setelah tadi Putri mengatakan semua tentang Kavy pada Kaivan dan sekarang mereka akan ke rumah sakit menggunakan mobil yang akan dikendari sopir keluarga Kaivan. Putri ikut bersama Kaivan karena saat ke rumah Kaivan, dia menggunakan jasa taksi online.

Mereka berdua menghampiri mobil yang berada di halaman rumah Kaivan, yang sudah disiapkan oleh sopir tadi. Putri berjalan mendahului Kaivan yang berada di belakangnya dan saat Putri sudah berada di samping mobil hendak membuka pintu kursi belakang, Kaivan menghentikannya.

"Tunggu Put! Gue mau ngomong sesuatu," ujar Kaivan yang berdiri tak jauh dari posisi Putri berdiri.

Putri mengurungkan niatnya untuk membuka pintu lalu membalikkan badannya, menatap Kaivan yang berada di hadapannya sekarang. "Apa?"

Kaivan melangkah maju lebih dekat ke arah Putri dan berhenti tepat di depan Putri. "Apa lo masih nggak mau nerima cinta gue?" tanyanya tiba-tiba, menatap Putri dengan tatapan penuh arti.

Seketika detak jantung Putri berhenti seperkian detik, mendengar pertanyaan Kaivan yang terdengar tiba-tiba itu. Putri menghela nafas pelan. "Kaivan, kita temenan aja," ujarnya dengan hati-hati.

Kaivan menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Putri, pertanda tidak menyetujui perkataan Putri. "Tapi gue nggak mau," ujarnya.

"Kaivan. Cukup kita jadi partner olimpiade dan temen aja Kai. Nggak lebih," ujar Putri berusaha untuk membuat Kaivan mengerti.

Kaivan menghela nafas pelan. "Tapi kenapa?"

"Aku- aku nggak bisa Kai,"

"Apa alasannya?!"

Putri diam tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Dia tidak bisa mengatakan alasan kenapa dia tidak bisa menerima cinta Kaivan. Itu sulit untuk Putri katakan pada Kaivan. Tapi sungguh! Putri ingin sekali mengatakannya tapi . . . ketika ingin mengatakannya tiba-tiba perkataan yang sudah berada di ujung bibirnya seketika tertelan lagi, membuatnya mengurungkan niatnya untuk mengatakan semua itu.

Lima Pandhawa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang