Sekarang Arjel sudah berada dirumahnya kembali karena hari mulai petang dan agar terhindar dari amukan kembali. Gasura membawanya balik ke rumahnya supaya permasalahan Zaidan dan anaknya tidak membesar.
Dia juga turut duduk disamping Arjel yang lemah dan takut. Bahunya bergetar karena dihadapannya ada Zaidan menatapnya dingin.
Alasan yang akward tetapi menurut Gasura logis sudah tertera dibenaknya untuk membantu Arjel dikala anak itu buntu saat menjelaskan dengan papanya.
"Ada apa? Kenapa pulang? padahal matahari belum tenggelam?" tanya Zaidan.
"Maaf." hanya satu kata itu yang bisa keluar dari mulut Arjel. Dia belum bisa menengadahkan kepalanya untuk menatap Zaidan.
Takut.
"Maaf untuk apa hm?" tanya Zaidan lagi.
"Tadi pagi. Maaf Arjel bohong sama papa. Buat papa marah. Buat mama datang, bertengkar pagi hari. Arjel minta maaf." Arjel baru bisa mengangkat kepalanya menatap Zaidan.
Zaidan masih menatap anaknya lalu menghela nafasnya.
"Papa juga minta maaf sama kamu. Papa marah sebab kamu ga jujur dan langsung melakukan hal yang ga papa minta. Tindakan kamu benar diusia muda sekarang nak, tetapi papa ga mau buat anak kesayangan papa lelah. Selagi papa masih sanggup papa lakukan demi masa depan kamu, papa boleh minta sesuatu sama Arjel?"
Gasura menatap Arjel dan yang ditatap masih menatap Zaidan.
"Boleh, papa mau apa?" tanya Arjel kikuk takutnya Zaidan ingin menyita uang gajiannya.
Tetapi nyatanya salah.
"Papa minta kamu berhenti kerja dan fokus pada sekolah. Bisa?" Zaidan tidak sekalipun berpikir anaknya ikut mencari nafkah.
Pernah dirinya melihat Arjel dibonceng pulang malam menggunakan motor sport yang tidak Zaidan kenali. Tetapi instingnya berpikir mungkin teman kelompok sekolahnya yang mengantar anaknya kembali ke rumah.
"Tapi—"
"Memilih berhenti atau papa minta kamu tinggal bersama mama kamu?"
Sungguh pilihan sulit.
Bapak barunya pasti tidak mau menganggap dirinya anak. jangankan anggap, Arjel saja sudah menduga dari jauh hari jika dirinya tinggal bersama Renaya. Siapa yang selalu berada disampingnya dikala Down?
Renaya? Huh.. Pikirannya hanya untuk kesenangan dirinya sendiri.
Arjel bungkam dia bingung.
"Hehe.. Maaf om jika saya ikut campur. Bagaimana kalau om percaya sama saya jika om memberi izin Arjel kerja? tetapi tetap saya yang mengantar jemput Arjel sekolah, kerja terus balik ke rumah kok om." tawar Gasura ditatap kaget oleh Zaidan juga Arjel.
"Jaminan apa jika kamu tidak membawa Arjel pulang ke rumah?"
"Mungkin adik saya. Tapi tidak mungkin juga sih om, saya akan tetap membawa Arjel pulang ke rumah om usai selesai dari pekerjaannya."
"Kenapa kamu bersikeras sekali? Suka sekali mengantar jemput anak saya."
"Ya gapapa sih om daripada punya motor dibuat nolep dirumah terus saya ke sekolah bareng 2 babu saya om. Dianggap nyamuk saya mah om. Berhubung kemarin saya ada buat kesalahan sama motor om jadi untuk menembusnya saya mengantar jemput anak om aja, toh saya senang kok. Jangankan saya, motor saya pun turut senang nganter Arjel."
"Kamu ada adik? Kenapa tidak antar adikmu sekolah saja?"
"Adek saya ogah diantar sama saya om, katanya kayak rossi padahal saya bawa 70km/jam doang om. Becanda. Ga kok om, papa selalu nganter adik pake mobil karena 1 jalur dari tempat kantornya bareng mama saya. Padahal saya dan adik saya satu sekolah. Terkadang saya ke sekolah jalan kaki dari rumah dengan 2 teman saya. Jadi karena saya anak pertama sekaligus laki saya diharus mandiri biar ga jadi beban. Maka itu, saya gunakan motor untuk tidak melepas tanggung jawab karena kesalahan saya sendiri dipasar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Salah emot {END}
Historia CortaWARNING ⚠ ⚠ LAPAK BXB ga suka? minggat sj. Gasura Prayadi si anak gaul nan tengil harus berhadapan sama hp nya yang lemot juga keyboard yang ngetik sendiri karena kelemotannya sampai akhirnya emot yang harusnya tidak dia pilih malah kepilih sendiri...