5

14.1K 916 11
                                    


(⁠◡⁠ ⁠ω⁠ ⁠◡⁠)

"Jadi gak usah so caper ke sana ke sini apalagi sama Cashel!" Wanita berambut pirang mencengkeram dagu korbannya kuat sampai sang empu meringis.

"Lu ngangkang, kan? Sampe dia mau sama lo?" ujar temannya yang lain.

"Sialan! Gue gak semurahan itu!" lawannya.

Bahunya didorong lagi. "Ahghh!"

"Lu sadar diri gak sih? Perlu kaca? NGACA! Lo tuh cuma gembel yang di pulung dari jalan!"

"Bahkan, sekolah ini gak pantes buat Lo!"

Cassia tak mendengar lagi perlawanan dari korbannya. Bahkan seolah dia terima terima saja diperlukan begitu. Cassia yang sedari tadi mengacungkan handphonenya merekam kejadian ini mulai merasa pegal dan geram.

"Mana guntingnya?" Intruksi seseorang.

Cassia mengernyit, merasa semakin tak benar.

"Kalian mau apa? Lepasin gue!" pekiknya gemetar, ia juga terisak.

Salah satu mereka tertawa, diikuti tawa lainnya. Mungkin ada tiga atau empat orang.

"Tenang aja! Ayo kita bersenang-senang!"

Cassia membuka pintu bilik toiletnya, membuat mereka tampak terkejut dan diam menoleh kompak padanya.

"Hahaha!" Cliantha tiba tiba tertawa sangat kencang, sampai memegangi perutnya saking tak kuat.

"Apanya yang lucu, Ha?" tanya seorang berambut hitam di sana.

Cliantha mengusap ujung matanya yang berair. "Jadi sekumpulan pulu pulu kayak kalian yang buly Kakak gue? Kkkkk," celetuknya.

Cliantha menatap si rambut pirang. "Rambut lu, lu pikir bagus? Keterangan gitu! Gak cocok sama kulit lu yang agak gelap, malah kayak jamet pasar!" 

"Jaga mulut lu!" tekannya, menunjuk wajah Cliantha, ganas.

Cliantha menutup mulut menggunakan tangan. "Upsh! Sory. Tapi bentar!" Ia berjalan mengelilingi mereka, tersenyum sinis.

"Liat temen lu yang ini, bahkan badannya lebih lebar dari kakak gue! Kenapa lu ga permasalahin itu?"  Yang dimaksud Cliantha orang berambut hitam, membuat mukanya merah, menahan marah.

"Eh, yang satu lagi, udah rambut warna biru, kurus banget, kenapa? Gak dikasih makan sebulan?" ucapnya tanpa beban, bernada mengejek.

"Liat Anella sekarang! Dia punya body ideal, warna rambut grey sangat cocok bahkan membuat kulitnya lebih terang. Bahkan lagi nangis aja dia cantik."

"Jadi, siapa yang perlu kaca sekarang?"  sindirnya pedas.

"Jaga mulut sampah lu itu!" tekan si rambut pirang menodongkan gunting besi.

'Prang'

Dengan lincah Cliantha menendang tangannya, sampai gunting itu terjatuh. Mereka hendak mendekat memberi perlawanan, tapi harus terhenti saat melihat sebuah rekaman video terputar di handphone Cliantha.

"Kira kira reputasi keluarga kalian gimana, yah? Kalo gue upload video ini di sosmed atau forum sekolah? Wah, bakal seru nih!" kata Cliantha tersenyum aneh. Namun, tampak mengerikan.

Mereka semua mematung, tidak bisa berkutik. "Gue bisa aja upload ini didepan kalian sekarang!" tegasnya.

Dianella yang melihat kejadian ini sungguh amat tertegun, tak menyangka. 'Kakak' Cliantha memanggilnya dengan sebutan itu, entah mengapa justru Dianella yang malah merasa sangat tersinggung, tetapi secara bersamaan tersentuh.

Cassia for Cliantha (Transmigrasi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang