( T_T)\(^-^ )
*
*"Angin malam gak baik buat lu, Tha!" Suara berat campur serak itu mengalihkan atensinya.
Perempuan berambut coklat yang tengah mendekam di balkon tersebut menoleh sekejap, lalu menatap ke langit lagi, tak peduli banyak. Ia sedang melihat bintang.
Lester menghela napas, berdecak kecil. "Dengerin gue, ini udah larut. Lu sakit, Tha!" ucapnya terdengar penuh perhatian.
Cliantha samar samar mendengkus kesal. Menatap Lester yang sudah berdiri di ambang pintu balkon, dekat dengannya.
"Iya, gue sakit! Gue tau. Bentar lagi gue mati. Bukannya itu yang lu pengen dari dulu!?" ujarnya sinis dan menohok.
Bahu Lester menurun, merasa bersalah. "Jangan diungkit lagi, bisa? Gue gak gitu sekarang," sahutnya hati hati.
Cliantha berdiri, tersenyum perih. "Sekarang lu gimana? Ngerasa kasian sama gue? Karena udah tau bentar lagi gue mati?"
Ekspresi Lester langsung berubah, menurun, tangannya menyentuh kedua bahu Cliantha, memandang cemas.
"Gak seharusnya lu bilang kayak gitu, Tha! Gue bener bener sayang sama lu sekarang! Gue takut kehilangan adek gue!"
Pemilik iris biru itu menarik napas dalam-dalam, mengalihkan wajah, tak berani menatap balik Lester. Pandangan matanya memburam. Lidahnya terasa kelu.
"Maaf, karena dulu gue jahat dan keterlaluan sama lu. Semua perkataan lu bener, gue terlalu fokus sama luka sendiri. Maaf, karena gak pernah coba buat ngertiin keadaan lu. Maaf, udah egois!" katanya begitu tulus.
"Hey, liat gue, liat mata gue! Semua bakalan baik baik aja setelah ini."
Mengigit bibir yang bergetar. "Mau tau puncak komedinya di mana?" Cliantha menatap balik, matanya tampak mendung.
"Gue gak akan pernah sembuh ...." Suara parau tersebut semakin pelan.
Hati Lester mencelos hampa, serta mendingin.
Cairan bening merembes di mata Cliantha, padahal sudah susah payah ia tahan. Kepalanya tertunduk dalam, menyembunyikan air mata yang terus turun, terisak pilu.
"Dan sialnya gue takut!"
Lester merengkuh tubuh ranum tersebut ke dalam pelukan, mendekap erat seakan sebentar lagi waktu benar benar akan memisahkannya. Dia menarik napas panjang, menghela berat. Mengelus rambut coklat itu.
"Yang gue takutkan, kalian bakalan tetep gini saat gue gak ada."
"Siapa yang mau menengahi? Siapa yang bisa?"
Lester tertohok tepat. Dadanya penuh sesak. Mata hazel milik pemuda itu menghangat, siap meluap. Dia mengigit keras, mulai gusar. Kehilangan kata."Kak, berjanjilah! Untuk jadi yang paling tegar dan dewasa! Jagain mamah sama papah, yah!" kata Cliantha seraya terisak, bergetar hebat.
"Akur buat Antha ...."
"Perbaiki semuanya."
Lester memejam mata, mengangguk kecil. Walau terasa begitu sulit, ia pun berkata, "Gue janji!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassia for Cliantha (Transmigrasi)
Fantasy"Sialan! Dari banyaknya tokoh yang kuat di sini, gue malah masuk ke tubuh protagonis yang lemah dan penyakitan!" Cassia Nasrin tertidur di perpustakaan setelah membaca novel 'Cliantha' .Namun, tidak disangka ketika ia bangun semua berubah. Sampai ia...