(◍•ᴗ•◍)✧*。
Cliantha mengambil napas dalam, sebelum akhirnya membuka pintu besar rumah itu. Dia marah, kesal, sedih, campur aduk menjadi satu. Tidak peduli apapun yang akan terjadi, dia tetap marah.
Bahkan Cliantha sempat di sekap oleh Zela, dan tak ada yang mencarinya?
Arlo pun tidak berada di samping Cliantha. Membuat gadis itu benar benar benci pada hari spesialnya sendiri. Menyedihkan.
"Surprise!!!"
"Selamat ulang tahun Antha!!"
Cliantha terdiam beberapa saat, menutup mulut dengan tangan, kaget. Tertegun lama, mata biru miliknya tampak berkaca-kaca.
"Aku kira kalian lupa!?" ujarnya parau.
"Kita gak akan pernah lupa sayang!" ucap Atressa sembari memeluk Cliantha dan mengusap air di ujung matanya. "Maaf, yaa ... kami gak bermaksud buat cuekin kamu, Antha ...."
Lelaki berperawakan tinggi tak jauh dari sana tersenyum simpul, mengangguk kecil, membenarkan. "Gak mungkin lupa, Antha kan, kesayangan Papa!" Devatja menimpali, ikut memeluk.
"Kesayangan kita!!" Dianella juga merapat, tak lupa menarik Lester. Mereka berpelukan.
Duaggh!
Wila menyalakan confeti yang sebenarnya terlambat karena macet, membuat mereka sedikit tersentak kaget bersamaan.
"Yeyy, pelukann!" Wila antusias bergabung, sehingga semua heboh tertawa.
"Sayang, kamu kemana aja? Kenapa baru pulang, hmm?" tanya Atressa lemah lembut, mengusap rambutnya, raut wajah wanita paruh baya tersebut berubah, mengeruh.
Cliantha menggigit ujung bibir sekilas, tak tahu harus jawab apa, tapi dia sudah bergetar ingin menangis saat mendapatkan elusan serta tatapan khawatir untuknya.
"Lester bahkan baru pulang sama Arlo buat nyariin kamu, tapi gak ketemu. Papah, sampe mau buat laporan ke polisi," tambah Dianella, cemas.
Sungguh, Cliantha ternyata sudah berburuk sangka.
Mereka agak memberi jarak, membiarkan gadis tersebut mendapat ruang, kecuali sang ibu yang tetap mendekapnya, tak berhenti mengelus rambut serta sesekali mencium Cliantha.
Si pemilik rambut coklat menatap satu persatu orang orang yang berada di sana. Atressa, Devatja, Lester, Dianella, Arlo, dan Wila. Mereka terlihat begitu khawatir.
Dia malah terharu.
Memang inilah yang diinginkan Cliantha sejak dulu, bukan? Mendapatkan seluruh perhatian serta kasih sayang dari orang orang tersayangnya.Mereka sudah sangat cukup bagi Cliantha.
Ia menarik napas dalam, tersenyum tipis, entah mengapa merasa lega serta hangat. Segundukkan marah yang tadi terkumpul, hilang begitu saja.
"Maaf, Antha tadi cuma kecewa, jadi gak cepet pulang, terus pergi ke tempat yang cuma Antha aja yang tau," ucap Cliantha, menutupi.
Bila jujur, mungkin akan menjadi masalah baru. Apalagi Zela adalah dalangnya, pasti jadi urusan panjang.
Raut wajah mereka semakin keruh, merasa bersalah. Cliantha jadi tak enak. Namun, apa boleh buat!?
"Tapi ... sekarang Antha udah gak marah, kok! Antha malahan mau bilang makasih, udah repot repot bikin surprise. Sangat berterimakasih, di hari spesial ini, kalian udah ada di samping aku dan khawatir tentang keadaan aku."
Cliantha menghela napas berat. "Maaf, selalu ngerepotin kalian dan bikin cemas ...."
Setelahnya Cliantha tersenyum manis seraya berkata, "Tapi janji! jangan tinggalin aku lagi ya, jujur ... Antha takut. Antha mau, setiap detiknya di isi dengan kebahagiaan, dukungan, serta kehangatan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassia for Cliantha (Transmigrasi)
Fantasy"Sialan! Dari banyaknya tokoh yang kuat di sini, gue malah masuk ke tubuh protagonis yang lemah dan penyakitan!" Cassia Nasrin tertidur di perpustakaan setelah membaca novel 'Cliantha' .Namun, tidak disangka ketika ia bangun semua berubah. Sampai ia...