12

11.7K 759 6
                                    


U⁠^⁠ェ⁠^⁠U

Cliantha menghela napas kasar, tak melanjutkan kunyahannya yang sedang memakan coklat. "Yoksi, monster Zela itu memang harus ditumpas, kalo perlu, gue pindahin ke dunia games biar ketemu sama Papa Zola."

Dia menggembungkan pipi beberapa kali, kemudian menggigit coklat batangannya lagi. "Emang motifnya apaan si, sampe Cliantha harus dibuly? Arlo? Kalo sama sama fans fanatiknya, kenapa Cliantha yang kena?" omel Cassia merutuk.

5.Menumpas pembullyan

Permintaan selanjutnya telah keluar, jadi, kemarin soal piknik date tersebut berhasil. Cassia juga tak mengerti. Namun, dia tak menghiraukannya, yang penting dia sudah berhasil.

Memang, sih, setelah membahas Lester, keadaannya jadi kurang mengenakkan. Cliantha mencoba untuk paham dan iya iya saja mendengarkan penjelasan Arsen. Bila dipikirkan, Cliantha tidak terlalu membutuhkan banyak pendukung. Lagian, Arsen memang temannya Lester, dia tak perlu mengerti atau memahami sisi Cliantha.

Kemarin, gadis itu hanya terbawa emosi. Namun, tak berselang lama ia pura-pura biasa saja, agar tidak diperpanjang. Ayolah, baru pertama kali Cassia menemukan tipe idealnya, masa harus berantem gara-gara Lester?

Berakhir, cowok bermata biru itu mengantar Cliantha pulang. Setelahnya, Cliantha tak tahu menahu lagi.

Dia memakan potongan terakhir coklat di tangannya, kemudian Cliantha menyambar tas hitam yang biasa ia pakai. Hari ini, dia tak boleh terlambat lagi.

°

Wila tak henti-henti tersenyum, membuat Cliantha bergidik samar memandanginya. "Kenapa Wil? Lu nemu apaan? Dapet lotre?" tanya Cliantha polos.

"Tebak?"

"Kak Malvin ngajak lu ngedate?" sahut Cliantha asal.

Wila berdecak. "Belum ngedate si, tapi kemarin gue sama dia belajar bareng di perpustakaan," kata Wila antusias, begitu rusuh menggoyang-goyangkan tangan Cliantha.

"Wil, santai Wil!" protes Cliantha, sedikit pening. "Terus gimana? Dia ngegombalin lu pake rumus?"

Wila mengerucutkan bibir sekilas. "Iya."

Cliantha spontan ternganga, padahal dia cuma bercanda. Emang ya, orang jenius kalo pacaran suka beda. Bukan ngebahas sayang sayangan lagi, mungkin tentang zat, rumus, akar kuadrat, dan embel-embelnya.

"Gimana coba?"

Wila tersipu, menyampirkan anak rambut ke belakang telinganya sesaat. "Katanya 'kamu itu kayak kalsium, nitrogen, titanium dan kalium'."  Wila tertawa kecil sejenak sebelum melanjutkan.

"Ca-N-Ti-K."

Gadis berkacamata tersebut semakin heboh tak karuan, melompat lompat kecil kegirangan dengan pipi memerah.

"Uuu ...." sorak Cliantha seolah tertular, ikut tertawa kecil. "Hati lu apakabar Wil saat itu?"

"Ambyar!" sahutnya menggebu-gebu. "Gue pasti keliatan bodoh banget di depan Kak Malvin saat itu!"

Memang yah, jatuh cinta bisa membuat siapa saja menjadi orang gila. Perut dipenuhi kupu-kupu, hati meringan , ingin terus tersenyum apabila mengingatnya, tertawa tawa gila tanpa beban. Hal sesederhana apapun terasa begitu spesial, dan bahagia.

Andai Cassia bisa merasakannya di dunia nyata.

Matanya melebar, sekilas beradu pandang dengan Arlo yang tak sengaja melirik ke arah Cliantha yang berada di ambang pintu, masih digandeng Wila. Dia jadi merapatkan bibir, mendengus kecil. Tak mau peduli banyak.

Cassia for Cliantha (Transmigrasi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang