/ᐠ。ꞈ。ᐟ\
Cliantha merapatkan bibir, bersandar pada kursi tua di rooftop itu sambil menyedot sekotak jus mangga di tangannya. Dia memandang langit menerawang.
"Lu mau rusak wajah lu? Atau mau nurunin nilai lu?" kata Cliantha, melirik pemuda bermata kuning di sampingnya yang tau-tau sudah berada di rooftop sebelum Cliantha datang.
Gadis itu sebenarnya masih marah gara gara kemarin. Dia sudah berusaha mengusir Arlo, namun, Arlo malah berkata, "Sekolah ini bukan punya lu."
Cliantha akhirnya tutup mulut.
Entah kesambet apa, Arlo tiba tiba mengeluarkan keluh kesahnya yang risih terhadap para perempuan yang hampir setiap hari menempel jika ia berada di kantin.
Arlo berdecak saja.
Cliantha membuang napas dengan wajah datar. "Lagian, lu jadi cowok, kok gak tegas? Misalnya lu usir gitu?"
Arlo menyugar rambut ke belakang sekilas. "Udah, tapi mereka malah teriak histeris."Cliantha merotasikan mata, mengocok kotak jusnya yang tinggal sedikit lagi. "Sok ganteng, si!" cibirnya.
Arlo mendelik, melengos kasar. "Lu pernah jadi salah satunya."
"Sebelum gue waras," ucap Cliantha menambahkan. "Gue pernah bilang, kan? kalo sekarang gue udah tobat. Artinya apa? Gue udah nyerah sama lu!"
Arlo telah mendengarkan dua kali, untuk kedua kalinya juga hatinya terasa tak terima. Seolah, dia tak mengharapkan kalimat itu keluar dari bibir Cliantha. Entah kenapa, rasanya sesak. Pemuda berkulit pucat kontras itu menghembuskan napas samar.
Dia langsung beranjak kemudian pergi tanpa sepatah kata pun.
"Lah, gue salah ngomong?" cicit Cliantha tidak tahu menahu, lalu mengendikkan bahu acuh.
(ᵔᴥᵔ)
Cliantha membuang muka ke arah lain sambil menghembuskan napas berat dengan sorot mata marah. "Tuh orang, gak ada kerjaan banget, ya?" keluhnya.
"Ini loker bukan tong sampah! Aishh, brengsek!" omel Cliantha, tak tahan ingin mengumpat memandangi sampah yang memenuhi lokernya.
Ia menghembuskan napas panjang kesal, walau tetap membersihkan dengan sabar. Kepalanya memanas, seperti tanduk merah akan keluar dari sana. Jika dia sampai menemukan Zela, Cliantha akan langsung menjambaknya.
Sebuah note tertempel, Cliantha mengernyit, baru menyadari.
'GIMANA? SENENG, KETEMU TEMEN TEMEN LU?'
Cliantha meremas kertas kecil itu. "Zela minta di hajar banget ya?" Dia semakin memanas, menutup keras lokernya, terpancing emosi.
Cliantha mengambil langkah besar, seperti terburu buru dengan tangan terkepal.
"Sumpah, kalo bener itu dia, gue bejek bejek, sekalian dijadiin perkedel. Mentang mentang gue diem aja. Dia pikir, gue gak bakal ngelawan?" Cliantha merutuk sepanjang jalan, meninju ninju tangannya sendiri, seolah memeragakan.
"Cih, tiga lawan satu? Gampang itumah. Mereka kan, menye menye, sejenis cabe cabean pasar," lanjutnya belum puas. So iya.
Kerlipan matanya sekilas menatap sosok Arsen yang membawa tumpukan buku. Cliantha sudah menebak tujuan Arsen karena jalan itu adalah akses menuju perpustakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassia for Cliantha (Transmigrasi)
Fantasy"Sialan! Dari banyaknya tokoh yang kuat di sini, gue malah masuk ke tubuh protagonis yang lemah dan penyakitan!" Cassia Nasrin tertidur di perpustakaan setelah membaca novel 'Cliantha' .Namun, tidak disangka ketika ia bangun semua berubah. Sampai ia...