(*˘︶˘*).。*♡
Jantungnya melemah, ada rasa sakit yang semakin besar di sana, tak dapat terbendung ataupun teralih. Gadis itu sangat menderita, dengan segala rasa sakitnya yang harus dia rasakan.
Mata biru tersebut tertutup rapat, dalam hati berusaha menguatkan diri. Apapun yang terjadi, maka terjadilah. Dia sudah tak memiliki perlawanan lagi.
"Sungguh ... a-aku minta maaf!"
Seorang gadis menangis seraya memeluk erat, entah berapa ribu kali kata maaf terucap dari bibir mungilnya. Seolah rasa bersalah tak berhenti menghujani tubuh ramping itu.
Cassia pada awalnya tak menyadari apa yang ia alami dan di mana ia berada sekarang,tapi ia jadi tertegun dalam.
Akhirnya Cassia bertemu Cliantha.
"A-aku tak bermaksud menyeretmu pada semua rasa sakit ini. Maaf karena kau harus menderita
....""Maaf, karena kau harus menjadi aku...."
Cliantha terus menerus menangis sesenggukan, bahkan setiap kata yang terucap terdengar tulus dan dalam. Cassia akhirnya mengerti, bahwa Cliantha asli memang mempunyai hati lembut nan rapuh.
Namun, karena demikianlah, penderitaan selalu senang menghampirinya. Cliantha tak enakan, dia tak bisa melawan, dia menimbun rasa sakitnya sendiri, jadi bagaimana ia bisa memperbaiki keadaan untuk orang lain? Jika keadaan dirinya sendiri sudah begitu tersiksa.
Cassia menarik napas dalam, berusaha mencerna setiap kata. Perlahan ia mengusap bahu yang bergetar hebat milik Cliantha. Mata coklatnya meneduh, Cassia tersenyum simpul.
"Hey, berhenti menyalahkan dirimu seperti ini! Lihatlah! Sekarang duri duri itu telah kucabut. Gak ada yang bakal nyakitin seorang Cliantha lagi! Trust me!"
Sedikit demi sedikit, tangis Cliantha mulai reda. Pelukannya agak meregang, tak sekuat awal.
"Aku baik baik saja bukan? Mereka tidak membunuhku. Hilangkan semua rasa khawatirmu! Semua orang telah menyayangimu. Menyayangi Antha!"
Gadis pemilik mata biru tersebut memberi jarak, ia menunduk, merapatkan kedua kakinya. Perkataan itu justru malah menyakitkan untuknya, aneh bukan?
"Bahkan kau lebih handal memerankan peranku dibandingkan diriku sendiri. Semua kebahagiaan tak dapat aku gapai, seberusaha apapun kuperjuangkan," ucap Cliantha parau.
Hati Cassia mencelos hampa dengan bahu memberat. "Tapi mereka selalu menyebut namamu, Antha ...."
Cliantha tersenyum miris. "Karena mereka tak tau, siapa yang sebenarnya berhadapan dengan mereka."
Susah payah Cassia meneguk ludah, berusaha tetap tenang. "Kamu tetap pemeran utamanya, bahkan siapapun tidak bisa menggantikanmu, termasuk aku."
Cassia memegang kedua bahu Cliantha, menatapnya dalam. "Kembalikan semua seperti semula, Antha!"
Cliantha langsung menepis kedua tangan Cassia. "Semua telah selesai."
"A-apa maksudmu?" Cassia mengerutkan kening, menatap bingung.
Dia langsung mengerjapkan mata, menguasai diri, menyadari bahwa Cliantha jadi terlihat tertekan dan merasa tersudut.
"Baiklah, dalam pertemuan pertama kita, aku punya banyak pertanyaan. Apa kau bisa menjawabnya untukku, Antha?" tanya Cassia hati hati.
Sang pemilik nama dengan ragu mengangguk. "Ta-tapi bagaimana jika aku tak bisa menjawab? Apakah kau akan memarahiku?"
"Ayolahh, mana tega aku memarahimu!" balas Cassia ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassia for Cliantha (Transmigrasi)
Fantasy"Sialan! Dari banyaknya tokoh yang kuat di sini, gue malah masuk ke tubuh protagonis yang lemah dan penyakitan!" Cassia Nasrin tertidur di perpustakaan setelah membaca novel 'Cliantha' .Namun, tidak disangka ketika ia bangun semua berubah. Sampai ia...