Naya sedang duduk di sebuah taman menghadap ke danau menunggu Raga yang sedang membeli air di supermarket seberang jalan. Tadinya Naya sebenarnya ingin pamit keluar sendirian tapi pria itu ngotot untuk mengantar jadilah mereka berdua di sini seperti pasangan yang sedang kencan saja.
"Nih...." Naya menerima air mineral yang disodorkan Raga padanya tapi belum juga meneguk air itu Raga kembali membuatnya kesal.
"Habisin airnya, ini tuh beli paket duit jadi jangan mubazir" dan Naya menatapnya kesal karena air itu belum diminumnya setegukpun tapi sudah diberi ultimatum. Bukan Raga namanya kalau tidak marah dan memerintah bahkan saat Naya memberinya tatapan permusuhan dia tetap saja duduk di sebelah perempuan itu sambil menatap lurus ke arah danau tanpa peduli gemerutuk kekesalan Naya yang seperti ingin mengunyahnya.
Harusnya tadi dia tidak perlu pamit pada Raga, agar pria itu tak bersamanya.
"Tempat ini bagus, kamu sering ke sini?" Raga menoleh pada Naya yang hanya mengangguk dengan wajah kesal, tapi setelahnya senyum perempuan itu dapat ia lihat dengan jelas dari arah samping. Raga ikut tersenyum melihatnya, apalagi saat Naya membenarkan letak kacamatanya ditambah cahaya lampu di dekatnya menyorot wajah itu, dalam kondisi kalem begini Naya terlihat lebih manis.
"Tempat ini selalu jadi favoritku saat sendiri, lebih tenang dan sejuk" katanya menoleh pada Raga, sebelum kembali menatap lurus ke depan.
"Iya tempat ini lebih tenang dan nyaman, aku malah nggak tahu kalau ada tempat sebagus ini di Jakarta" Raga kembali menoleh pada Naya yang sibuk menikmati suasana di tempat ini, sesekali kakinya terlihat menendang daun-daun yang berjatuhan atau memungut batu kecil dan melemparkannya ke dalam danau, deru angin yang bertiup membuat rambutnya beterbangan bahkan sesekali ia terlihat membenarkan rambutnya yang menutup sebagian wajahnya.
'cantik'
Tak bisa Raga pungkiri Naya memiliki wajah yang cantik dan tak membosankan apalagi saat ia melepas kacamata yang menutupi sebagian kecantikannya, tak jauh beda dengan kekasihnya Tania hanya saja beda di warna kulit secara Tania adalah keturunan Chinese.
'Tania'
Mengingat nama Tania, Raga langsung tersadar bahwa Naya hanyalah perempuan yang mengandung anaknya tak lebih, jadi ia tak boleh memuji perempuan itu berlebihan apalagi sampai baper bisa berabe urusannya, pokoknya di hati dan pikirannya cuma ada Tania seorang. Sekali lagi Raga kemudian menoleh pada Naya, memperhatikan tangan perempuan itu sedang mengusap perutnya pelan yang membuat Raga terpaku di sana memperhatikan perut rata yang tertutup kaos longgarnya, Raga masih tak yakin ada spermanya yang sedang bermetamorfosis di sana menjadi bayi.
"Apakah tikus kecil itu merepotkanmu?" Naya menoleh dengan kening mengkerut mendengar pertanyaan aneh Raga.
"Tikus kecil???"
"Iya tikus kecil itu..." Raga lalu menunjuk ke arah perut Naya dengan bibirnya membuat Naya mengikuti arah pandang pria itu yang terarah pada perutnya, senyum Naya langsung berubah galak.
'enak saja menyebut anakku tikus kecil!'
"Ingat kalau kamu adalah bapak dari tikus kecil ini" ketusnya dengan wajah yang kembali tak bersahabat.
"ckckck....bodoh!!! Aku cuma bercanda" balas Raga dengan tak kalah kesal, dia merasa Naya tak punya selera humor dan hanya ada selera marah-marah atau mungkin hobinya memang mendumel dan marah sepanjang hari.
"Anakku bukan candaan lagi pula kamu mau dia beneran keluarnya jadi tikus!" Raga semakin kesal dengan kalimat sarkas Naya yang tak masuk akal memangnya ada gitu manusia melahirkan bayi tikus, bisa jadi viral kan nantinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
LAWHEART (Legal Of Love)
Ngẫu nhiênSetiap kesalahan akan menemui kebenaran, jika tidak maka sebenarnya yang salah adalah dirimu... -RAGNALA ABHRA- Setiap Rasa akan selalu menemui pemiliknya, tak peduli dia akan menetap atau hanya sesaat.... -KANAYA NIHALA GUNAWAN-