Naya kembali ke kosnya dengan berjalan kaki, sejak dua hari ini setelah kepulangannya dari Jogja Raga masih stay tinggal di kamar kos sempitnya entah apa yang ada di kepala pria itu hingga tak ingin pergi dari sana walaupun Naya tak pernah menanggapi keberadaannya atau mengajaknya bicara tapi pria itu cuek saja.
Bahkan Naya selalu beralasan ke kampus agar menghindari seharian bersama pria itu di kamar kostnya...
Pembicaraan mereka tempo hari soal permintaan maaf pria itu padanya adalah pembicaraan terakhirnya membahas permalasahan mereka, setelah itu tak pernah lagi ada pembahasan bahkan pria itu bertingkah seolah semuanya sudah selesai dan tak terjadi apa-apa. Naya membuka pintu kamarnya dan hal pertama yang selalu dilihatnya adalah senyum lembut pria itu yang menyambutnya dan Naya akan selalu acuh tak acuh tanpa mau peduli keberadaan pria itu di sekitarnya.
'apa dia tak punya kerjaan lain selain diam di kamarnya seharian'
'Raga bahkan tak pernah lagi bekerja, hanya mengeram di kasur Naya'
'Dia menjadi seperti pria pemalas'
Pria itu hanya akan keluar kamar ketika lapar dan akan kembali dengan seporsi makanan untuk Naya, dan beberapa kali Naya harus menahan kesal saat pria itu menggunakan kaosnya dan membuat kamarnya berantakan.
"Aku lapar" Naya menghentikan gerak tangannya yang sedang mengambil baju di dalam lemarinya ketika mendengar suara Raga, kenapa dia baru sekarang melapor padanya kalau perutnya lapar padahal dua hari ini dia bisa membeli sendiri makanannya.
"Aku dari pagi belum makan" Naya berusaha menulikan telinganya tapi dalam diamnya tangannya tetap sibuk membuka bungkusan bakso yang tadi mampir dibelinya di jalan lalu memindahkannya ke dalam mangkok dan menaruhnya di depan pria yang sedang duduk menopoli kasurnya.
"Makan lalu pergi dari sini"
"Apa kamu mengusirku?"
"Tidak .....tapi kalau kamu menganggapnya begitu juga tidak masalah, itu bagus artinya kamu mengerti" Raga menatap kesal perempuan yang sedang membuka lemari dan merapikan beberapa pakaiannya. Kalau saja dia masih menginginkan pertengkaran maka ia akan membalas Perempuan itu kontan, tapi dia sudah berusaha menekan egonya agar bisa berdamai dengan Naya.
Tapi kenapa sekarang Kanaya yang berbalik egois...
Raga memakan bakso yang disuguhkan Naya dengan kesal, kalau sampai perempuan itu memberi racun pada makanannya maka ia akan menghantui perempuan itu seumur hidupnya. Dia tidak akan melepaskan perempuan itu jika benar dia diracuni.
Sebenarnya Raga ingin bicara dengan tenang dengan Naya tapi perempuan itu tak menanggapinya sedikitpun, terakhir dia bicara perempuan itu hanya menangis setelahnya dia berubah judes dan acuh terhadap kehadirannya bahkan terkesan tak menyukai kehadirannya.
"Apa kamu sedang merajuk?" Raga sudah bosan tak diacuhkan, dia sudah cukup sabar dua hari ini meladeni sikap diam Naya padahal dia sudah berusaha memperbaiki semuanya dan minta maaf.
Apa semua perempuan punya kemampuan menutup mulut saat marah atau merajuk?
"Apa kamu tidak bosan diam terus?" Raga masih memperhatikan gerak gerik Naya yang sedang mondar-mandir di hadapannya dan merapikan pakaiannya yang belum masuk ke dalam lemari.
"Aku sudah minta maaf, apa sekarang kamu sedang balas dendam dan tak ingin memperbaiki hubungan kita?" Naya menoleh Mendengar penuturan Raga dengan dahi mengkerut.
Hubungan kita?
Hubungan apa maksudnya?
"Maksudku hubungan sebagai teman demi anak itu, bukankah kita bisa berbaikan sebagai partner untuk anak itu?" Jelasnya panjang lebar untuk mengambil alih perhatian Naya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAWHEART (Legal Of Love)
RastgeleSetiap kesalahan akan menemui kebenaran, jika tidak maka sebenarnya yang salah adalah dirimu... -RAGNALA ABHRA- Setiap Rasa akan selalu menemui pemiliknya, tak peduli dia akan menetap atau hanya sesaat.... -KANAYA NIHALA GUNAWAN-