Naya asik melahap seporsi ayam bakar di rumah orangtuanya setelah tadi kabur dari rumahnya karena Raga yang kadang tak memenuhi keinginannya.
Yah....setelah Ayahnya menerima dan merestui mereka, Naya menjadi lebih sering menghabiskan waktu di rumah orangtuanya. Apalagi sejak usia kandungannya menginjak bulan ke sembilan, ibunya selalu meminta agar mereka lebih banyak di rumah orangtuanya. Mereka seperti tak mau melewatkan momen menyambut cucu keduanya.
"Naya...kamu nggak ngasih tau suami kamu lagi sebelum ke sini?" Tegur ibunya.
"Iya...udah ngadu lagi dia sama bunda!!" Sarkas Naya melihat pada ibunya yang masih menempelkan handphone di telinganya, tanda bahwa suaminya itu telah menghubungi ibunya.
"Naya ih...kebiasaan kamu pergi nggak ngomong yah!!!"
"Biarin aja toh ini rumah orangtuanya apa yang salah??? Menantumu saja yang nggak becus" Naya tersenyum mendengar dukungan ayahnya yang kini selalu jadi pembelanya.
Awal-awal Naya selalu kesal dengan sikap ayahnya, tapi semakin lama dia merasa bisa memanfaatkan hal itu untuk berlindung dari Raga saat suaminya itu melarangnya melakukan sesuatu.
"Ayah....tapi kasian Raga karena dia pergi tanpa bilang mana Jemari ditinggal juga" ayahnya langsung bungkam dan berbalik menatap bengis pada Naya karena jika itu menyangkut Jemari maka Naya akan menjadi musuh semuanya.
"Tenang aja bunda, bentar lagi juga bakal nyusul..." Dan baru saja Naya selesai bicara pintu sudah terbuka menampilkan Raga dengan muka masam sedang menggendong Jemari.
"Tuh...kan!!"
"Naya...kebiasaan kamu ya kabur kalau ngambek dan meninggalkan kami" Raga menurunkan Jemari yang sudah mulai bisa jalan sejak usia sebelas bulan mungkin karena faktor sebentar lagi dia akan punya adik jadi anak itu lebih mandiri.
"Lagian mau makan ayam kamu larang"
"Kamu kan baru aja habis makan sayang, mau kamu perutnya meledak karena makan terus" ayah dan ibunya menggeleng melihat perdebatan mereka yang selalu saja terjadi, tapi lihat saja sepuluh menit kemudian juga bakal sayang-sayangan kembali.
"Ayo Jemari main sama Oma aja, biarin aja Mama Papa kamu debat nggak guna" ibu Naya kemudian menggendong Jemari dan membawanya masuk ke dalam kamarnya bersama ayah Naya, meninggalkan anak dan menantunya yang berdebat.
"Tuh lihat perut kamu udah Segede gajah" mendengar ucapan Raga membuat Naya langsung cemberut.
"Iya aku memang jadi gajah karena hamil anak kamu puas!!!" Raga langsung menyadari kesalahannya karena ucapannya menyinggung Naya yang selalu merasa minder jika itu menyangkut berat badan.
Tapi memang kehamilan Naya yang sekarang sangat jauh dengan kehamilannya pada Jemari, beratnya sudah bertambah lima belas kilogram. Mungkin salah satu faktornya, wanita itu tak lagi dalam kondisi stress dan konflik jadi dia merasa bebas mengekspresikan keinginannya.
Raga menyusul Naya masuk ke dalam kamarnya, memperhatikan istrinya yang sudah berbaring miring dengan bahu bergetar tanda bahwa dia sedang menangis karena ucapannya.
"Maaf aku nggak maksud sayang"
"Udah...sana kamu, aku kan makannya banyak jadi kayak gajah nggak akan cantik lagi, sana cari aja mantan kamu yang cantik dan langsing itu" Raga langsung berbaring di samping Naya, memeluk tubuh istrinya itu dari belakang.
"Tapi aku cintanya sama kamu gimana dong" pelan dia merasakan pukulan di tangannya.
"Gimanapun bentukanmu aku tetap cinta, Naya..."
"Tapi aku cuma khawatir kalau kamu makan terus, aku takut kamu sesak karena kekenyangan" Raga masih ingat ketika Naya meminta dibelikan dua porsi nasi goreng. Dia menghabiskannya sendiri dan menyebabkannya sulit tidur karena kekenyangan. Tak sampai disitu saja, Naya bahkan membuat Raga semakin panik saat istrinya tiba-tiba sulit bernafas karena tekanan pada lambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAWHEART (Legal Of Love)
RandomSetiap kesalahan akan menemui kebenaran, jika tidak maka sebenarnya yang salah adalah dirimu... -RAGNALA ABHRA- Setiap Rasa akan selalu menemui pemiliknya, tak peduli dia akan menetap atau hanya sesaat.... -KANAYA NIHALA GUNAWAN-