Bab 30

4.2K 283 66
                                        

Naya membuka mata pelan dengan kepala yang cukup berat, samar-samar menyesuaikan dengan cahaya yang masuk ke matanya.

Tangannya pelan memijit keningnya, perlahan tubuhnya terangkat untuk duduk di atas kasur. Matanya mulai berkeliling, menghembuskan nafas lega saat menyadari dia berada di kamar hotelnya sendiri.

"Laras, thank's God kamu menyelamatkanku" ucap Naya saat menemukan Laras keluar dari kamar mandi.

Lega bercampur syukur karena dia tidak bisa membayangkan bangun dan menemukan dirinya di kamar orang lain, tapi kelegaannya tak bertahan lama saat seseorang yang membuatnya pingsan tadi masuk ke dalam kamarnya dengan santai.

Laras yang seperti sudah disetel otomatis begitu Raga masuk, dia langsung pergi dari sana melalui pintu penghubung ke kamarnya meninggalkan mereka berdua.

Naya menatap ke arah Raga yang berdiri dengan memasukkan tangan ke dalam saku celananya, menatap balik Naya dengan tajam seolah Naya adalah seorang pesakitan yang harus segera mendapatkan vonis hukuman atas kejahatan yang dilakukannya.

Naya memutus tatapan matanya dengan menunduk, memainkan jarinya di atas selimut.

"Apa ada hal yang ingin kamu katakan?" Naya kembali mengangkat pandangannya menatap Raga yang masih setia berdiri, Naya menggeleng pelan sambil kembali menunduk.

"Sepertinya aku melewatkan banyak hal penting karenamu"

"Aku melewatkan semua hal yang kusesali selama berbulan-bulan"

"Sementara kamu terlihat sangat baik dan bahagia bersama semua keputusanmu"

"Kenapa Kanaya???"

"Hah?" Hanya itu yang keluar dari bibir Naya, tak tahu bagaimana harus menjawab cecaran pertanyaan Raga padanya.

"Kenapa kamu biarkan aku berpikiran buruk tentangmu?"

"Ak....aku ..aku" Raga melangkah maju mendekati Naya yang turut memundurkan tubuhnya di kasur, rasanya oksigen semakin menipis di sekitarnya terhirup oleh pria yang semakin mendekatinya dengan tatapan tajam mengintimidasi.

Keadaan ini jauh dari bayangannya, belum ada jawaban yang dia siapkan saat pria itu tahu semuanya dan menuntut penjelasan atas keadaan ini.

"Apa ini hukuman untukku?" Naya menggeleng cepat dan netranya dapat dengan jelas melihat raut sedih bercampur kecewa di mata Raga.

Dari jarak yang begitu dekat semua tergambar dengan jelas, nada marah bercampur kecewa dalam setiap pertanyaannya.

"Apa aku begitu buruk untuk menjadi seorang ayah, sampai kamu tega melakukan ini?" Naya kembali menggeleng, nafas Raga kini dapat dia rasakan berhembus di wajahnya, ingin rasanya dia masuk ke dalam pelukan pria itu melepas sesak yang selama ini memenuhi dadanya, mengatakan dengan lantang bahwa ia begitu merindui semua yang ada padanya.

"Lalu kenapa kamu berbohong, menutupi semua yang harusnya aku ketahui...." Naya menunduk tak sanggup menutupi rasa bersalahnya, tapi apa yang bisa dirinya lakukan saat itu.

"Apa penolakanku dulu membuatmu merasa berhak untuk memutuskan semua hal sendirian tanpa mau perduli denganku?"

"Atau aku memang sengaja disingkirkan dari sisi anakku?"

"Apa peranku sebagai ayah tak penting untuk anakku?"

"KATAKAN KANAYA!!!" bentakan Raga dengan suara yang cukup lantang memenuhi kamar membuat nyali Naya semakin menciut, tak seperti biasanya kemarahan Raga saat ini terasa begitu meyakitkan.

"Aku....aku...." Naya menutup mata dan bayangan ayahnya kembali melintas.

'ceraikan dia atau ayah hancurkan hidup dan karirnya...'

LAWHEART (Legal Of Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang