Raga dan Naya sedang duduk di sofa berhadapan dengan Mamanya yang menatap mereka bergantian setelah tadi begitu shock mendapati mereka berada dalam satu atap.
Mereka seperti sedang menghadapi persidangan untuk sebuah vonis, dan diantara mereka belum ada satupun yang memulai pembicaraan.
Ternyata selama ini ibunya curiga dengan semua tingkah tanduk anaknya, berawal saat tanpa sengaja ibunya melihat Raga mengikuti Naya masuk ke dalam toilet perempuan saat acara workshop dulu. Dan hari ini semua usaha ibunya tak sia-sia dengan mengikuti kemanapun anaknya pergi layaknya seorang detektif.
Disinilah mereka sekarang saling berhadapan untuk sebuah penjelasan atas kehadiran Naya di apartemennya.
"Raga, bisa jelaskan sama Mama apa yang sedang terjadi sekarang?" Raga menarik nafas dalam tak tahu harus bicara mulai dari mana sementara Naya sejak tadi seolah kehilangan suara dan hanya sanggup menunduk.
"Mah....ini tuh nggak seperti yang Mama pikirin!"
"Kalau begitu jelaskan, bagaimana bisa kamu tinggal disini bersama seorang perempuan dan meninggalkan rumahmu"
"Mah...."
"Jelaskan Raga!!!"
"Mah"
"Ya Tuhan Mama nggak menyangka anak Mama bisa seperti ini, apa yang akan Tania pikirkan jika tahu semuanya" Naya semakin menunduk mendengar penuturan Mama Raga, hal itu bukan hanya karena Raga yang menyesali pernikahan mereka tapi juga penuturan ibu dari suaminya. Dia benar-benar merasa tak diinginkan siapapun, bahkan dalam kondisi dirugikan pun mereka semua masih memikirkan perasaan kekasih Raga bukan dirinya.
"Kanaya, kamu masuk dulu" perintah Raga pada Naya yang langsung mengangkat wajahnya. Tanpa penolakan ia melangkah masuk ke kamar lelaki itu, matanya tak berani menatap wajah mereka berdua.
Setelah memastikan Naya masuk ke dalam kamar, barulah Raga mulai menjelaskan semuanya pada ibunya.
Beberapa kali ibunya sampai memijit kening mendengar cerita putranya.
"Mah aku ini terjebak.."
"Ya...Tuhan Raga apa yang ada di otakmu itu sampai berbuat seperti ini nak, burung kamu itu kok Ndak bisa dijaga!!!" Kaget ibunya mendengar penjelasan putranya yang menampilkan raut penyesalan.
"Maaf Mah, Raga nggak sengaja dan juga nggak akan pernah cinta sama dia karena Mama tahu siapa yang aku mau" Naya yang mendengarkan samar-samar pembicaraan mereka dari balik pintu kamar sudah tak sanggup menahan tangisnya, ternyata ia memang tak diinginkan siapapun.
"Bagaimana mungkin sementara kamu sudah nikahin anak orang, terus Tania gimana?"
"Mah....aku bakal menceraikan dia setelah melahirkan"
"Ya ampun....sadar nak, dia lagi hamil anak kamu dan sekarang kamu bicara soal cerai? Dimana otak kamu...."
"Mamah nggak pernah ngajarin kamu kayak gini nak, pokoknya kamu harus bertanggung jawab penuh"
"Mah....tolong jangan bikin aku makin pusing, lebih baik Mama pulang aja dulu" Raga kemudian menggiring ibunya keluar dari apartemennya tanpa mau mendengar nasehat ibunya itu, pikirannya kacau sekarang.
"Raga, Mama tidak mau kamu menyesal nak, ingat setiap tindakan ada akibatnya"
"Raga tahu Mah...tapi kasih aku kesempatan berpikir jernih" tutupnya dengan menggiring ibunya keluar dari apartemennya.
Setelah menutup pintunya, Raga bersandar sejenak pada daun pintu. Keningnya dia elus pelan.
Kakinya kembali melangkah masuk ke kamar setalah ibunya pergi dan menemukan Naya terjungkal kaget saat pintu kamar terbuka karena ia bersandar di daun pintu saat menguping.

KAMU SEDANG MEMBACA
LAWHEART (Legal Of Love)
LosoweSetiap kesalahan akan menemui kebenaran, jika tidak maka sebenarnya yang salah adalah dirimu... -RAGNALA ABHRA- Setiap Rasa akan selalu menemui pemiliknya, tak peduli dia akan menetap atau hanya sesaat.... -KANAYA NIHALA GUNAWAN-