Raga mondar mandir di depan ruang UGD, Naya sudah ditangani dokter sementara Aditya entah kemana tadi. Pria itu harus dapat ganjarannya jika sesuatu terjadi pada Naya dan anaknya.
Beberapa kali Raga terbayang darah yang mengalir di kaki Naya.
"Tuhan selamatkan mereka" baru saja akan duduk di kursi, tiba-tiba sebuah serangan datang dan menghantam perutnya.
"Kau apakan putriku hah???" Ayah Naya memukulnya tanpa ampun, Raga tak ingin melawan. Ibu Naya lah yang melerai suaminya agar berhenti membuat keributan di rumah sakit.
"Ayah ingat ini rumah sakit" akhirnya Raga terlepas dari serangannya. Mata ayah Naya benar-benar menyiratkan kemarahan padanya, pria yang masih terlihat bugar itu seperti singa yang akan menerkam Raga.
Mereka semua menunggui Naya ditangani dalam kecemasan. Ragapun sudah menghubungi orangtuanya dan mereka pasti akan tiba dengan segera.
Menanti kepastian keadaan Naya membuat semua terdiam di tempatnya, merapatkan doa agar Naya dan bayinya bisa selamat.
Mereka duduk di kursi panjang depan ruangan. Di sana juga sudah ada orangtua Raga, tapi tak ada yang saling menyapa. Seperti terbentuk dua kubu, Raga bersama orangtuanya dan satu kubu lagi orangtua Naya bersama anggota barunya yaitu Aditya. Raga tak habis pikir kenapa pria itu selalu ikut campur urusannya dengan Naya.
"Keluarga ibu Kanaya..." Mereka serempak berdiri.
"Iya dok....bagaimana keadaannya?"
"mmmhhh....saya belum bisa memastikan, tapi dengan bedrest insyaAllah bisa segera pulih"
"Bayinya bagaimana dok!!!" Sela Raga cepat.
"Sejauh ini aman, tolong kalau mau jenguk satu-satu....permisi" dokter kemudian pamit pergi, dan Raga segera menuju pintu tempat Naya berada tapi belum meraih handel pintu tangannya ditahan.
"Sementara waktu kamu jangan temui putriku, cukup sudah kau sakiti dia, sekarang dia harus pulang ke tempat dimana dia seharusnya berada"
"Tapi....om" ibu Raga berdiri mencegah putranya berdebat.
"Biarkan saja nak, sementara biarkan keadaan kondusif dulu biar Naya cepat pulih, kalau setiap saat dia hanya mendengar keributan kasian..."
Raga akhirnya mengalah mendengarkan nasihat ibunya, lagi pula kesehatan Naya dan anaknya yang terpenting.
Raga mengalah, membiarkan dirinya dijadikan orang asing untuk istrinya, tak boleh ada kontak sedikitpun bahkan saat Naya dipindahkan ke kamar rawat dia tak bisa menjangkau sama sekali.
Raga tak berniat melawan atau memaksa menemui Naya, dia tak ingin ada keributan lagi. Dia harus menahan diri demi Naya dan anaknya. Benar kata ibunya, dia harus memberi jeda waktu sampai keadaan menjadi kondusif. Dia yakin Naya pasti mau ketemu dirinya.
Keyakinan Raga begitu kuat hingga dengan sabar menunggui Naya mau bertemu dirinya.
Tapi anggapannya meleset.
Karena hingga beberapa hari Naya dirawat Raga sekalipun belum berhasil menemuinya. Ayah Naya benar-benar menjaga ketat kamar rawat Naya agar ia tak bisa masuk menemui istrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAWHEART (Legal Of Love)
De TodoSetiap kesalahan akan menemui kebenaran, jika tidak maka sebenarnya yang salah adalah dirimu... -RAGNALA ABHRA- Setiap Rasa akan selalu menemui pemiliknya, tak peduli dia akan menetap atau hanya sesaat.... -KANAYA NIHALA GUNAWAN-