Bab 2

4.1K 208 11
                                        

'Inginku kita tetap dua orang asing yang tak saling mengenal, agar tak ada ruang tuk saling menyakiti'

************************************

Kembali ke rumah dengan kondisi berantakan bukan hanya fisik tapi juga hati, orangtuanya pun sudah panik saat Naya tiba di rumah setelah semalaman tak pulang ke rumah bahkan mereka telah lapor polisi tapi untungnya saat dia tiba di rumah mereka tak banyak bertanya, hanya memeluk dan menyuruh putrinya istirahat.

Dan Naya pun tak siap serta tak punya jawaban untuk setiap pertanyaannya.

Memandangi tubuhnya dari balik kaca dalam kamar mandi, penuh dengan bercak merah menjijikkkan akibat kesalahannya sendiri. Tak terasa air matanya jatuh dibawah guyuran air, Naya menangis menumpahkan rasa jijik pada dirinya sendiri.

Dipikirannya sekarang dia tak lebih dari sebuah barang bekas bahkan mungkin merasa lebih hina dari seorang pelacur yang walaupun menjajakan tubuhnya paling tidak mereka mendapatkan bayaran sementara Naya memberikannya gratis. Naya menyadari dan tahu bahwa sekarang kehilangan keperawanan bukan lagi hal tabu bagi sebagian orang tapi baginya ini adalah hal yang sangat bodoh. Apa yang dia jaga selama ini telah hancur dalam semalam, yang menjadi pikirannya sekarang adalah apa yang akan ayah dan bundanya katakan jika mereka tahu.

Ingin rasanya Naya mencakar seluruh tubuhnya dan mengulitinya untuk menghilangkan jejak - jejak pria itu, menggosoknya dengan sabun yang banyak dan berharap semuanya akan hilang bersama seluruh ingatannya tentang kejadian itu.

"Nay, Kanaya....nak ayo sarapan dulu!"

"iya Bunnn.....bentar lagi aku nyusul" Naya menyudahi aksi tangis dengan segala penyesalannya yang tidak berguna dan menghapus jejak airmata di wajahnya lalu keluar dari kamar mandi sebelum ibunya masuk kembali ke dalam kamar.

"Nay...kamu nggak kuliah nak?" Tanya ibunya saat Naya sudah duduk di dekatnya untuk sarapan.

"Nggak ah Bun...."

"Loh kenapa, kamu jangan gitu dong sayang kamu itu harus rajin biar selesainya tepat waktu, lagian kamu mau kalau ayah tahu kamu males kuliah?"

"Bun...kali ini saja nggak papa yah!" Ibunya menggeleng melihat Naya memohon padanya, lagi pula di kampus dia hanya menunggu surat pengantar magangnya terbit.

"Kamu sakit yah, kok pucet sih sayang" ibunya segera mengecek dahi putrinya dengan menempelkan tangannya di sana, tapi Naya menepisnya lembut lalu segera mencium pipi ibunya agar ia tak khawatir. Naya berusaha sebisa mungkin bersikap seperti biasa agar tak ada pertanyaan soal ketidakpulangannya semalam tapi sepertinya wajahnya yang walaupun sudah dipoles sedikit bedak tetap saja terlihat pucat.

"Nggak papa Bun, tapi jangan bilang ayah yah kalau Naya bolos kuliah hari ini"

"Iya...tapi lain kali bunda nggak akan bohong lagi demi kamu"

"iya bundaku sayang yang cantik" ibunya mencebikkan bibir Naya dan mencium kening putrinya sejenak sebelum kembali masuk ke dapur meninggalkannya sendiri di meja makan.

✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨

Menjalani hari dengan beban pikiran yang berat tentu akan mempengaruhi tingkah laku dan sikap seseorang. Menerjemahkan masalah menjadi sesuatu hal yang lebih sederhana juga bukan perkara mudah, ditambah beban kerja yang tak bisa diajak betoleransi membuat kepala semakin kusut.

Dan itulah yang sedang Raga alami sekarang...

Ingin terlihat biasa saja tapi nyatanya tak bisa juga....

LAWHEART (Legal Of Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang