Naya melamun dalam kelas untuk kesekian kalinya, sejak Raga pergi malam itu sampai dua hari terakhir ini tak pernah pulang dan ketika Naya menelfonnya lelaki itu hanya bilang 'sabar yah, nanti aku pulang'.
Sekalebat bayangan buruk silih berganti melintas di pikirannya.
'Bagaimana kalau Raga ternyata meninggalkannya'
'atau mungkin pria itu hanya menginginkan tubunya dan setelah menikmatinya dia akan pergi'
'yang paling buruk jika Raga ternyata begitu mencintai kekasihnya dan lebih memilih bersama kekasihnya dibanding dirinya'
Naya menggelengkan kepalanya untuk menghapus semua pikiran bodohnya, kenapa dia harus ragu kembali setelah mereka melangkah sejauh ini. Ia harusnya menguatkan hati dan hanya percaya pada janji Raga yang akan berusaha menjadi suami dan ayah yang baik.
"Semua akan baik-baik saja Naya" ucapnya pada diri sendiri sambil memegang dada.
"Apanya yang baik-baik saja?" Gita bertanya saat mendengar Naya bicara sendiri dari tadi.
"Ah....nggak!!"
"Yuk kantin, laper nih" Naya mengangguk dan mengikuti langkah Gita menuju kantin. Ia memesan teh hangat dan roti bakar untuk mengisi perut kosongnya sejak pagi, sesekali menimpali obrolan Gita padanya walau tak benar-benar menyimak setiap ucapan Gita yang cerewet di sampingnya.
"Naya...." Menolehkan kepala ke samping saat seseorang menepuk bahunya.
"Hai....Dit"
"Apa kabar kamu? Udah lama nggak ketemu kita"
"Baik kok.."
"mmmhhhh ...bisa bicara sebentar!!!"
"Berdua" Naya menoleh pada Gita mengerti maksud Aditya yang ingin membicarakan sesuatu dengannya tanpa ada yang mendengar.
"Nggak papa kok Naya, pergi aja....udah mau balik juga ini" Gita pun sepertinya mengerti walau dalam senyumnya ada godaan yang tersirat, mungkin dia mengira Aditya adalah kekasih Naya.
Aditya mengajaknya duduk di kursi taman kampus paling pojok, mereka duduk bersebelahan. Aditya tersenyum pada Naya sebelum memperhatikan Naya dengan saksama, pria itu melirik pada perutnya.
Sementara Naya yang merasa tak ada yang salah dengan dirinya menggerakkan dagu ke atas mempertanyakan arti tatapan Aditya padanya.
"Kamu sehat?" Naya mengangguk.
"Kamu belum baikan dengan ayah dan bunda?" Naya sekali lagi hanya mengangguk.
"Kenapa? Kamu kok santai banget kayaknya, nggak pengen pulang kamu ke rumah orangtuamu?"
"Bukannya gitu Dit, tapi kamu nggak tahu masalah yang kuhadapi"
"Aku tahu...." Naya segera menoleh pada Aditya yang juga menatapnya, kemudian tatapan Aditya beralih ke perut Naya yang tertutup kaos longgar.
Naya tak perlu menjelaskan, tatapan Aditya yang begitu tajam padanya cukup menjelaskan jika pria itu sudah tahu semuanya.
"Bunda yang ngasih tahu kemarin dan dia datang sambil nangis-nangis minta tolong aku buat bujuk kamu pulang" Naya tak menjawab hanya suara tarikan nafas berat yang keluar dari mulutnya, cepat atau lambat orang-orang di sekelilingnya akan tahu apa yang sedang dirinya hadapi.
"Naya....pulanglah"
"Tak semudah itu Aditya, masalahnya tak semudah pikiranmu lagipula aku sudah nikah sekarang dan bentar lagi anakku lahir"
"Dan kamu tega ninggalin orangtuamu demi pria asing itu?"
"Dia ayah dari anakku bukan pria asing" Naya dapat melihat kilatan kecewa dalam netra Aditya, dan Naya tak tahu kenapa pria itu terlihat sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAWHEART (Legal Of Love)
RandomSetiap kesalahan akan menemui kebenaran, jika tidak maka sebenarnya yang salah adalah dirimu... -RAGNALA ABHRA- Setiap Rasa akan selalu menemui pemiliknya, tak peduli dia akan menetap atau hanya sesaat.... -KANAYA NIHALA GUNAWAN-