Bab 37

1.4K 152 38
                                    

Raga duduk di sisi ranjang tempat Naya terlelap, dari tadi istrinya itu belum juga membuka mata sejak kedatangannya. Sesekali dia meringis saat pinggir bibirnya yang luka karena terken bogem ayah Naya tadi tersentuh.

Matanya tanpa sengaja memperhatikan perut Naya, senyumnya terbit saat mengelus perut Naya pelan.

Di sana ada calon anaknya yang kedua sedang tumbuh, merasa sangat bahagia dikarunia satu lagi keajaiban yang tentu saja dengan suka cita tak bisa dia tolak, walaupun pasti mereka akan kerepotan mengingat usia Jemari saja belum genap setahun.

'ya Tuhan...sungguh mengagumkan spermanya, sekali dua kali membuahi langsung jadi Raga junior'

Bayangkan Jemari saja jadi dalam satu kali pengerjaan sementara yang sekarang baru dua bulan bersama sudah muncul adik Jemari.

Raga harus pamer ini pada Bobi. Jika Bobi selalu pamer bisa dapat dua kembar dalam sekali pembuatan maka Raga boleh berbangga hanya memberikan jeda tak sampai lima atau enam bulan pada rahim Naya untuk kosong.

Ketika pikirannya sibuk memuji kejantanannya, Naya mulai terusik dan terbangun pelan dengan membuka mata sambil memijit keningnya.

"Sayang...udah bangun, apanya yang sakit???"

"Kamu mau minum???"

"Atau kamu mual?"

"Mau muntah atau pusing??!" Cecarnya pada Naya yang masih berbaring di kasur.

"Haus..." Dengan cepat Raga mengambil air buat Naya untuk membantu wanita itu minum dari gelas.

Naya meneguk habis air dalam gelas, rasanya tenggorokannya sangat kering. Naya kembali berbaring dan memejamkan mata sebentar sebelum membuka mata.

Dan begitu melihat Raga, wajahnya sedikit panik karena rena wajah Raga nampak babak belur.

"Ini kenapa???" Tunjuknya pada luka di sudut bibir dan wajah Raga.

"Nggak apa-apa"

"Dipukul ayah lagi?"

"Kenapa sih kamu selalu saja pasrah saat ayah mukul kamu, balas lah" ucap Naya dengan menggebu-gebu sambil mengusap sudut bibir Raga yang luka.

"Ekkhemmmm" sebuah suara dari balik pintu membuat mereka menoleh sejenak, dan di sana sudah berdiri ayahnya dengan muka suram.

Jangan bilang dia mendengar ucapan Naya.

"Jadi kamu mau ayah dipukul bajingan ini? Hah???"

"Harusnya ayah yang murka dan membuatnya pingsan dulu sebelum memberinya izin menemuimu..."

Raga dan Naya hanya diam. Tidak menanggapi ocehan ayahnya.

"Ternyata kamu memang lebih sayang dia daripada ayah..."

Tak lama ibunya muncul menggendong Jemari yang anteng dalam dekapan neneknya.

"Harusnya ayah patahkan kakinya dari dulu"

Naya tak ingin membalas ucapan ayahnya, dan malah mengulurkan tangan untuk meminta Jemari pada ibunya.

"Ayahhh..." Tegur ibu Naya pada suaminya yang bersiap mengeluarkan sedikit kata-kata yang mungkin lebih kasar.

"Ngapain kamu masih disini???" Sarkas ayah Naya menatap Raga yang duduk di samping tempat tidur Naya.

"Disini kan ada istri saya jadi saya juga harus disini, lagian saya yang harusnya bilang itu pada anda, ngapain masuk ke sini???"

"Ini rumahku harusnya aku yang mengusirmu"

"Tapi istri saya mau menyusui..." Balas Raga tak mau kalah, mereka seperti sedang mengeluarkan api dalam pancaran mata yang saling bermusuhan.

LAWHEART (Legal Of Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang