Apa saja yang Raga lewati beberapa bulan ini bukanlah hal yang mudah, mati-matian menjaga hati agar tak hancur, mempertahankan logika agar tak frustasi serta menjaga jiwanya yang terguncang agar tak gila, ia bahkan bolak balik psikiater untuk memulihkan keadaannya.
Tak berani melangkahkan kaki masuk kembali ke dalam apartemen karena disana dia masih bisa merasakan keberadaan wanita itu dan itu tak baik untuk kesehatan hatinya.
Yah....sejak memutuskan melupakan, Raga mengharamkan dirinya menyebut nama perempuan yang telah meluluh lantahkan perasaannya.
'Kanaya'
Satu nama yang harusnya dia hapus dari otaknya bersama kenangan pahit yang ditinggalkan wanita itu, tapi kenapa hatinya tak pernah berhasil mengeluarkan wanita itu dari tempatnya.
Berbulan-bulan mencoba lepas dari bayang kepergian anaknya dan juga Kanaya. Membenci perempuan tentu saja, tapi ada hal di luar kendalinya yang tak bisa menghempas Naya dari hatinya.
Kenapa begitu sulit rasanya terbebas dari bayangan wanita itu, padahal ada hal begitu menyakitkan yang ditinggalkannya.
Untungnya sekarang dia mulai aktif bekerja kembali pun dia akhirnya memutuskan tinggal di rumahnya sendiri, paling tidak berada di lingkungan yang cukup ramai akan membuat perhatiannya teralihkan, walau tak benar-benar akan lupa.
Setiap malam matanya masih sulit terpejam, hatinya masih terasa sulit dia kontrol.
Pekerjaannya di kantor juga semakin padat, semuanya serba deadline karena absen beberapa waktu lalu membuat semua pekerjaannya menumpuk.Pusing....sudah pasti tapi menghabiskan tenaga di meja kerja jauh lebih baik ketimbang harus gila karena patah hati.
Semua waktunya dia kerahkan pada kerjaan bahkan saat ulang tahunnya kemarin yang ke-29 tak membuatnya harus berhenti sejenak untuk sekedar merayakan.
Ah....mengingat ulang tahunnya, tahun inilah yang terburuk untuknya dan tak ada perayaan apapun karena apa yang harus dia rayakan saat keadaannya begitu menyedihkan.
Delapan bulan sudah pasca kejadian itu, harusnya anaknya sudah lahir dan mungkin bisa dia gendong saat ini tapi harapan itu palsu belaka ketika Raga menyadari 'anaknya' telah dilenyapkan beberapa bulan lalu.
Bukan hanya anaknya yang hilang, tapi juga sebagian jiwanya.
Raga pernah mencoba bertanya pada dirinya sendiri, 'apakah Naya juga sesakit ini saat mengingat anaknya?'
Tapi untuk apa dia sakit, jika dia dengan begitu bangganya mengirimkan surat keterangan keguguran ke pengadilan agar bisa menceraikan dirinya bahkan tanpa penjelasan apapun. Jika saja dia memberikan sedikit alasan atas kejadian itu atau dia bisa mengatakan bahwa anaknya pergi karena ketidaksengajaan maka pasti Raga takkan menyerah dan akan berjuang mendampingi wanita itu dalam masa berkabung mereka kehilangan.
Kadang Raga mencoba mencari alasan kenapa Naya bisa melakukan ini semua, setelah begitu jauh melangkah mempertahankan anaknya selama ini.
Apa tujuan wanita itu melakukan semua ini?
Apakah selama ini dia terlihat menyayangi bayinya hanyalah kepura-puraan?
Atau mungkin dia dihasut ayahnya melakukan semua ini?
Entahlah...Raga tak bisa menemukan jawaban yang pas untuk semua pertanyaannya.
"Raga....Mama mau bicara sebentar boleh?" Raga berbalik ke pintu kamarnya, dan mengangguk mengizinkan mamanya masuk.
"Masuk aja Mah...."
"Nak, papa kamu dari kemarin sebenarnya ingin bilang ini tapi tunggu momen yang tepat"
KAMU SEDANG MEMBACA
LAWHEART (Legal Of Love)
SonstigesSetiap kesalahan akan menemui kebenaran, jika tidak maka sebenarnya yang salah adalah dirimu... -RAGNALA ABHRA- Setiap Rasa akan selalu menemui pemiliknya, tak peduli dia akan menetap atau hanya sesaat.... -KANAYA NIHALA GUNAWAN-