Satu menit sebelum waktu habis.
Saat hendak keluar dari toko tiba-tiba seorang pria muncul dan menabrak Altair di depan pintu.
Pria berusia kira-kira pertengahan tiga puluh tahun dengan wajah babak belur dan pakaian yang sudah compang-camping.
Wajahnya terlihat begitu ketakutan saat memasuki toko dan langsung menuju Felne di mejanya dengan membawa segenggam kristal yang jumlahnya bahkan tidak sampai sepuluh.
"To–tolong aku, kumohon aku ingin membeli apa saja ini, terima ini!"
Tangannya yang gemetaran membuat kristal-kristal berserakan dan dia segera memungutnya.
"Kami tidak bisa membayar sampah."
Felne menjawab dengan ekspresi wajah sedingin es.
"A-apa!?" pria itu tercengang. "Sampah katamu? Aku sudah mengumpulkan ini dengan mempertaruhkan nyawaku, bagaimana bisa kau sebut ini sampah, aku tidak mau mati!"
"Om, dia kenapa?" tanya Naira yang keheranan.
"Entahlah, sebaiknya kita pergi," jawab Altair.
Pria itu berbalik ke arah Altair dan berlari menahan kakinya.
"Kumohon bantu aku!"
"Hei apa yang kau lakukan?" tanya Altair yang risih, sejenak sorot matanya tertuju ke arah Karion dan Felne yang sama sekali tidak memedulikan apa yang akan terjadi pada pria itu.
"Kumohon! Bantu aku, aku tidak mau mati aku akan membayarmu berapapun yang kau inginkan!?"
Pria itu berteriak sejadi-jadinya, ia semakin histeris saat melihat jarum arloji di tangannya yang terus bergerak maju.
Nyawanya berada dalam hitungan detik.
"ARRRGGGHHHH!?"
Pria itu meringkuk di atas lantai dengan kedua tangan melingkari kepalanya, ia berteriak sekeras mungkin, kalaulah dia berteriak di tengah jalan raya maka semua orang di kota bisa mendengar suara teriakannya.
Satu jam telah berlalu.
Altair dengan sigap menutup mata Naira.
Satu detik, dua detik, tiga detik.
Waktu berjalan seperti biasanya tanpa ada sesuatu yang terjadi pada pria itu.
"Eh?" Pria itu melihat lagi arloji di tangannya, kini sudah menunjukkan pukul lima sore. Waktu satu jam sudah melewati batas beberapa detik. "Ti-tidak terjadi apa-apa?"
Pria itu tersenyum seperti orang gila dan memeriksa kondisi seluruh tubuhnya.
"Hahaha...."
"HAHAHAHA!?"
"AKU MASIH HIDUP!"
"Tentu saja itu pasti bohongan, hahahaha!?"
Bukan hanya pria itu yang kebingungan sampai seperti orang gila, Altair juga ikut mempertanyakan kebenaran dari penalti yang dimaksud oleh sosok dibalik layar.
"Om!?" Naira yang kesal matanya ditutupi menggeser tangan Altair secara paksa.
Psstt.
Suara percikan listrik yang agak familiar berdesis.
[Bagaimana? Apa kalian sudah selesai membeli itemnya?]
"O-Om itu." Naira meremas pergelangan baju Altair saat mendengar suara yang menggema di udara.
"Hiiek!?"
Pria tadi merangkak dan bersembunyi di pojok ruangan.
'Suara ini terdengar berbeda, tapi apakah ini waktunya penalti?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Era Of Rebirth
Fantasy-Tidak ada yang bisa menyelamatkanmu selain dirimu sendiri. Dunia ini sudah berubah, tidak ada lagi hukum berlaku, tidak ada lagi yang namanya jabatan, tidak ada lagi harta-takhta, dunia yang dulu kita kenal kini sudah menjadi tempat pertumpahan dar...