Chapter 1: Interwind

349 25 3
                                    

'Lagi, lagi-lagi aku ditolak. Aku harus segera mendapatkan pekerjaan untuk membiayai sekolah adik perempuanku.'

'Tidak lama lagi dia akan segera masuk perguruan tinggi.'

Altair melamun dengan kepala penuh pikiran saat sedang di hadapan deretan mie instan yang tersusun rapi di rak minimarket. Tiba-tiba seluruh ruangan dan seisinya berguncang, mengembalikan kesadaran Altair.

Ponsel di tangannya, lampu, televisi, semuanya berkelap-kelip disaat bersamaan. Membingungkan semua orang.

Sesaat kemudian semuanya mati total.

Kilauan cahaya berukuran masif turun dari langit, begitu terang melampaui cahaya matahari sore itu, membutakan siapapun yang melihatnya secara langsung.

Disusul oleh suara dentuman keras yang memecah udara. Suara ledakan itu membuat setiap orang meringkuk setelah mendengarnya.

Altair dan beberapa orang di dalam minimarket menutup telinganya yang seakan-akan pecah, suara gemuruh petir yang begitu dahsyat sampai membuat pendengaran siapapun yang mendengarnya berdengung hebat.

Suara alarm kendaraan, membuat kota yang awalnya tenang dipenuhi kebisingan hanya dalam sekejap.

Beberapa detik kemudian, sebuah gelombang kejut menghempaskan udara, memecahkan kaca-kaca rentan dari gedung-gedung dan kendaraan dengan serentak. Disusul oleh suara teriakan histeris yang terdengar menggema memenuhi kota.

Burung-burung tak bernyawa mulai berjatuhan dari langit seperti hujan bangkai. Tidak sedikit orang yang tidak sadarkan diri setelah mendengar gemuruh tersebut.

"Bom!?"

"Itu ledakan bom!?"

Orang-orang mulai panik dan berlarian menyelamatkan diri mereka masing-masing.

Altair meremas kepalanya yang agak berkunang-kunang akibat suara ledakan barusan. Serpihan kaca kini berserakan di hadapannya. Altair segera berlari ke luar minimarket untuk menyaksikan semuanya sendiri.

Setelah menginjakkan kakinya di luar, sebuah mobil kehilangan kendali lantas menabrak bagian depan minimarket dengan kecepatan penuh. Beruntungnya, mobil itu masih berjarak beberapa meter dari Altair.

"A..apa yang sebenarnya terjadi?"

Matanya berkeliling saat berlari meninggalkan minimarket. Bukan hanya dirinya orang-orang ikut berlarian untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing dari kemungkinan ledakan susulan.

Banyak kendaraan bertabrakan di jalanan dan telah ditinggalkan pergi oleh pengemudinya.

Kucing, anjing, bahkan tidak sedikit terlihat juga manusia yang tergeletak tak berdaya di sepanjang jalan dengan darah yang mengalir dari telinga mereka.

Altair sesekali melihat ponselnya saat berlari.

"Sial!"

Dia mengumpat saat mengetahui bahwa semua barang elektronik termasuk ponselnya sudah mati total.

Altair menghentikan langkahnya saat melihat kerumunan orang berlari ke arah yang berlawanan dengannya.

"Lari!?"

Anak-anak, wanita, laki-laki, tua dan muda. Semuanya berlari tunggang-langgang ke arah yang berlawanan dengan Altair, membuatnya semakin kebingungan dengan situasi yang terjadi saat itu.

"Ayah! Tolong aku ayah!?"

Seorang anak yang menangis ditinggalkan orang tuanya, orang tua yang diinjak-injak masa sebab tak berdaya.

"Anakku di mana anakku! Sella!"

Seorang ibu yang mencari anaknya.

"Minggir brengsek!?"

Era Of RebirthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang